Terbukti Di 6.000 Anak, Ini Gaya Parenting Yang Bikin Anak Tumbuh Cerdas

Sedang Trending 3 hari yang lalu

Jakarta -

Setiap orang tua tentu mau memandang anaknya tumbuh menjadi pribadi nan cerdas, mandiri, dan bahagia. Namun, pilihan pola asuh sering kali menjadi dilema nan membingungkan.

Apakah kudu lembut dan membebaskan? Ataukah lebih tegas dan disiplin? Jawabannya rupanya tidak sesederhana itu, lantaran setiap pendekatan mempunyai dampaknya masing-masing.

Ada berita menarik dari studi di Inggris nan melibatkan nyaris 6.000 anak sejak 2013. Penelitian ini tidak hanya mengawasi nilai akademis anak, tapi dari perkembangan sosial dan emosional mereka.

Melansir dari laman Times of India, para mahir menyimpulkan style pengasuhan nan seimbang, tidak terlalu lunak tapi juga tak kaku, adalah pendekatan nan paling efektif. Gaya ini dikenal sebagai pola asuh otoritatif.

Pola asuh otoritatif dapat sorong kepintaran anak

Gaya pengasuhan otoritatif disebut sebagai nan paling ideal dalam studi SEED, Inggris. Bunda tidak hanya menetapkan patokan nan jelas, tetapi juga mendengarkan dan merespons kebutuhan emosional anak dengan penuh perhatian.

Dikutip dari Times of India, anak-anak nan dibesarkan dengan pendekatan ini condong lebih sukses secara akademis, khususnya dalam usia sekolah dasar. Mereka bisa memahami batas tanpa merasa tertekan, lantaran dibimbing dengan kasih sayang.

Studi ini menunjukkan, bahwa anak usia 7-11 tahun nan dibesarkan dengan pola otoritatif mempunyai "dampak nan lebih positif terhadap pencapaian KS2". Mereka lebih unggul dalam membaca, menulis, dan matematika.

Gaya ini memadukan ketegasan dengan kehangatan. Bunda dan Ayah tetap bisa menetapkan aturan, sembari tetap jadi tempat kondusif bagi Si Kecil untuk bercerita hingga belajar.

Anak pun tumbuh dalam rasa aman, tapi tetap terarah oleh batas nan konsisten. Hal ini tentu dapat menciptakan anak nan percaya diri, mandiri, dan berprestasi dalam banyak aspek kehidupan.

Lingkungan rumah berkedudukan penting

Bukan hanya soal patokan dan komunikasi, struktur dalam lingkungan rumah juga punya peran penting. Rutinitas harian alias agenda sederhana memberi anak rasa kondusif dan kontrol.

Rumah nan terorganisir, baik lewat support orang tua alias pengasuh, dapat memberikan akibat nyata pada keahlian akademik anak. Anak-anak dalam lingkungan seperti ini mencatat kemajuan pesat, terutama di bagian sains dan matematika.

Penelitian juga menemukan bahwa anak nan mengikuti penitipan golongan umum minimal 10 jam per minggu mempunyai keahlian literasi nan lebih baik. Hal ini menunjukkan lingkungan belajar nan terstruktur sangat mendukung perkembangan anak.

Keseimbangan emosi orang tua jadi kunci keberhasilan

Two generation Asian family relaxing at home and watching TV shows togetherIlustrasi/Foto: Getty Images/hxyume

Gaya pengasuhan nan ideal tetap butuh support dari kondisi emosi orang tua nan stabil. Bunda perlu memperhatikan diri sendiri sebelum bisa datang secara utuh untuk anak.

Peneliti menekankan bahwa tekanan psikologis orang tua berakibat langsung pada keberhasilan sosial-emosional anak. Rumah nan kacau alias hubungan nan terlalu menuntut bisa merugikan tumbuh kembang anak.

Studi ini juga menyoroti akibat negatif lingkungan family terhadap anak. Distres psikologis orang tua, kehidupan rumah tangga nan kacau, hubungan nan lebih invasif antara Bunda dan anak, nan mencerminkan masalah seperti ibu merasa berkonflik alias terganggu oleh anaknya dapat menyebabkan rendahnya keberhasilan sosial emosional anak di sekolah dasar.

Anak nan tumbuh di rumah dengan tekanan tinggi condong susah konsentrasi dan mudah cemas. Hal ini bisa berakibat pada prestasi dan hubungan sosialnya di masa depan.

Bagaimana langkah Bunda memulai?

Dilansir dari Times of India, Kunci pengasuhan nan efektif adalah menciptakan keseimbangan antara sikap Bunda nan lembut dan tegas. Lalu, gimana langkah memulainya di rumah? Berikut beberapa langkah nan bisa Bunda lakukan:

1. Buat skema tugas harian nan sederhana

Langkah awal nan bisa Bunda lakukan adalah membikin skema tugas harian. Tugas-tugas mini seperti merapikan mainan, meletakkan sepatu di rak, alias menyiram tanaman bisa menjadi permulaan.

Dalam studi SEED: Journal of Scientific Research di Inggris, bahwa anak-anak nan diberi rutinitas terstruktur dengan support skema tugas condong berkembang lebih baik. Meskipun terdengar kaku, nyatanya kebiasaan ini bisa memberikan rasa kondusif bagi anak dalam menjalani hari-harinya.

2. Tetapkan agenda tidur nan konsisten

Rutinitas tidur nan konsisten krusial untuk perkembangan emosional dan kognitif anak. Misalnya, tidur pukul 8 malam dan bangun pukul 6 pagi secara rutin bakal membentuk jam biologis nan sehat bagi tubuh anak.

Penelitian dari SEED menunjukkan struktur dan kebiasaan harian nan baik sangat penting. Termasuk di dalamnya adalah agenda tidur nan teratur, nan bisa membantu anak meraih hasil akademik dan sosial nan lebih baik di usia sekolah dasar.

3. Kombinasikan patokan tegas dengan pendekatan nan hangat

Daripada bersikap terlalu lembut alias terlalu kaku, cobalah menerapkan style pengasuhan otoritatif. Anak tetap diajak berdiskusi, namun juga diarahkan dengan batas nan tegas.

Gaya otoritatif terbukti paling efektif dalam mendukung pencapaian akademik anak usia 7-11 tahun. Anak-anak nan dibesarkan dengan style ini condong lebih terarah dan berdikari lantaran merasa diperhatikan namun juga dipandu secara jelas.

4. Sediakan lingkungan rumah nan terstruktur tapi tidak kaku

Suasana rumah nan tertata, tidak bising, dan jauh dari distraksi berlebihan bisa membantu anak lebih konsentrasi belajar dan berkembang. Ini bukan berfaedah rumah kudu selalu rapi sempurna, tetapi krusial untuk menghindari kekacauan nan mengganggu keseimbangan emosi anak.

Studi dari SEED juga menemukan, bahwa kondisi rumah tangga nan tidak stabil berakibat pada perkembangan anak. Disebutkan bahwa "kehidupan rumah tangga nan kacau" bisa menghalang keberhasilan Si Kecil.

5. Gunakan waktu berbobot dengan anak sebagai momen edukasi

Tidak semua pembelajaran kudu berkarakter formal. Saat bermain, makan bersama, alias bepergian, Bunda bisa menyisipkan nilai-nilai seperti menghargai orang lain, menyelesaikan tugas hingga tuntas, alias mengelola waktu.

Anak nan menghabiskan waktu dalam lingkungan informal berbareng family condong unggul dalam aspek matematika. Hal ini berarti, Bunda bisa tetap jadi "guru" terbaik bagi anak di rumah, hanya dengan membangun momen berbobot berbareng di setiap harinya.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

Selengkapnya