Hindari Ucapkan 5 Kalimat Toxic Ini Pada Anak Agar Tak Melukai Hatinya

Sedang Trending 5 jam yang lalu

Jakarta -

Setiap kata nan keluar dari mulut orang tua bisa menjadi pelukan alias justru luka bagi hati anak. Tanpa disadari, satu kalimat saja dapat meninggalkan jejak nan tak mudah terhapus.

Bunda alias Ayah mungkin tak bermaksud menyakiti, tetapi beberapa ucapan bisa terasa tajam di telinga Si Kecil. Kata-kata nan sering dianggap sepele justru bisa mengguncang rasa percaya dirinya.

Anak butuh bunyi nan menenangkan, bukan nan membuatnya merasa tak berharga. Dengan kata-kata penuh kasih, Bunda dapat membantu mereka tumbuh dengan hati nan lebih kuat dan bahagia.

Ada beberapa kalimat nan sebaiknya dihindari agar tidak meninggalkan goresan dalam pada jiwa anak. Menggantinya dengan ucapan penuh cinta bakal membikin mereka merasa kondusif dan dicintai sepenuhnya.

Mengapa anak sering tidak mau mendengarkan orang tua?

Mendidik anak bukan soal memberikan perintah, tapi juga menciptakan ruang nan kondusif bagi Si Kecil. Bahasa nan tepat bisa membikin komunikasi Bunda dengan anak menjadi lebih ringan dan efektif.

Bahasa nan terdengar menakut-nakuti bisa memicu respons "fight-or-flight", membikin anak merasa terpojok dan susah menerima pengarahan dengan tenang. Situasi ini dapat meningkatkan stres, nan akhirnya mengganggu keahlian mereka untuk mendengarkan dengan baik.

Dikutip dari laman Parents Together, stres dapat memicu respons otomatis tubuh berupa "lawan alias lari". Saat kondisi ini muncul, anak menjadi kurang terbuka dan susah menerima pesan nan disampaikan orang tua.

Banyak orang tua menggunakan ancaman untuk membikin anak menurut. Cara ini sering kali dibarengi dengan balasan keras agar perilaku anak bisa dikendalikan.

Sebaliknya, menggunakan bahasa nan menghargai kebebasan anak sembari tetap memberi batas bisa membikin mereka lebih mau bekerja sama. Anak jadi merasa punya kendali atas tindakannya dan lebih bertanggung jawab terhadap pilihannya.

Kalimat nan positif membantu anak memahami hubungan sebab-akibat dengan lebih sehat. Alih-alih alim lantaran takut, mereka belajar memilih perilaku nan tepat lantaran memahami alasannya.

Menghargai emosi anak adalah kunci agar mereka mau mendengar

Saat anak menangis alias kesal, banyak orang tua secara refleks mengatakan, "Berhenti menangis, Anda baik-baik saja". Padahal, ini membikin anak merasa perasaannya tidak krusial alias berlebihan.

Anak nan tidak divalidasi emosinya condong merasa terputus dari orang tua dan kehilangan rasa kondusif dalam berkomunikasi. Akibatnya, mereka menjadi lebih susah diajak bicara alias diarahkan untuk berperilaku dengan baik.

Mengganti kalimat tersebut dengan kata-kata empati seperti, "Aku lihat Anda sedih, coba ceritakan apa nan terjadi" bisa membikin anak lebih sigap tenang. Mereka merasa didengar dan lebih percaya pada orang tuanya.

Hindari kalimat toxic ini untuk anak

9 Kesalahan Orang Tua nan Rentan Membuat Anak Introvert, Termasuk Kasih Julukan PemaluIlustrasi/Foto: Getty Images/Nuttawan Jayawan

Dikutip dari laman CNBC Make It, banyak orang tua tidak menyadari bahwa langkah mereka berbincang bisa memengaruhi reaksi anak. Kalimat nan terdengar keras alias menakut-nakuti sering kali membikin anak enggan mendengarkan dan justru menolak arahan.

1. "Karena saya bilang begitu"

Kalimat seperti "Karena saya bilang begitu" sering membikin anak merasa tidak dihargai dan hanya diajari alim tanpa argumen nan jelas. Sebagai gantinya, Bunda bisa mengatakan, "Aku tahu Anda tidak suka keputusan ini. Aku bakal jelaskan, lampau kita lanjut" agar anak merasa dipahami.

Sebaliknya, jika Bunda hanya memerintah tanpa alasan, komunikasi bisa tertutup dan anak jadi enggan mendengarkan di kesempatan berikutnya. Penjelasan nan hangat membikin anak lebih terbuka dan mau bekerja sama.

2. "Kalau Anda tidak dengar, Anda bakal kehilangan kewenangan istimewamu"

Kalimat seperti ancaman sering membikin anak merasa terpojok dan justru memicu sikap melawan. Mereka lebih konsentrasi pada ketakutan kehilangan haknya daripada memahami perilaku nan diharapkan.

Bunda bisa mencontohkan kalimat ini, "Saat Anda siap melakukan ini, kita bisa lanjut ke perihal nan menyenangkan". Dengan begitu, Bunda bisa tetap menjaga batas tanpa menimbulkan pertentangan nan tidak perlu.

3. "Berhenti menangis. Kamu baik-baik saja"

Kalimat ini sering membikin anak merasa emosinya tidak krusial alias apalagi dianggap berlebihan. Jika terus diulang, anak bisa kehilangan keberanian dan kepercayaan untuk bercerita tentang apa nan dia rasakan.

Dengan mengatakan, "Aku lihat Anda sedih. Coba ceritakan apa nan terjadi" Bunda memberikan ruang kondusif bagi anak untuk mengekspresikan perasaannya. Anak pun bakal lebih sigap tenang lantaran merasa didengar, dipahami, dan tidak dihakimi.

4. "Berapa kali kudu saya bilang ini?"

Kalimat ini sering terdengar seperti menyalahkan anak dan memberi kesan bahwa mereka sengaja tidak patuh. Padahal, sering kali anak sebenarnya bingung alias kesulitan memahami pengarahan nan diberikan.

Dengan mengatakan, "Aku sudah beberapa kali minta. Bisa jelaskan apa nan membuatmu kesulitan?" Bunda membujuk anak berbincang dan mencari solusi bersama. Anak pun merasa dihargai, lebih tenang, dan mau mendengarkan tanpa terbebani rasa bersalah berlebihan.

5. "Kamu kan tahu itu salah"

Kalimat ini sering membikin anak merasa malu dan meragukan dirinya sendiri. Mereka bisa merasa tidak dipercaya alias apalagi takut berbincang tentang kesalahannya di kemudian hari.

Dengan mengatakan, "Sepertinya ada perihal nan menghalangimu bertindak terbaik saat ini. Ayo kita bicarakan," Bunda membujuk anak untuk merenung dan memahami perilakunya tanpa merasa dihakimi. Cara ini membantu anak belajar bertanggung jawab dengan langkah nan sehat dan tanpa rasa takut berlebihan.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

Selengkapnya