Jakarta -
Ketika Si Kecil mulai menunjukkan tanda-tanda siap makan, pasti muncul banyak pertanyaan. Kapan sebaiknya mulai? Makanan apa nan cocok? Bagaimana agar bayi tidak mengalami alergi?
Waktu perkenalan makanan padat adalah momen krusial dalam tumbuh kembang bayi. Hal ini bukan hanya soal mengisi perut, tapi juga mengenalkan rasa, tekstur, dan nutrisi.
Mungkin Bunda pernah merasa bingung saat mencari makanan nan tepat untuk Si Kecil. Pilihannya memang sangat beragam, mulai dari nan instan hingga buatan sendiri di rumah.
Hal nan paling krusial adalah memastikan makanan pertama bayi betul-betul kondusif dan bernutrisi. Hal ini bakal sangat membantu tumbuh kembangnya secara optimal.
Kapan bayi boleh makan makanan padat?
Melansir dari laman Australasian Society of Clinical Immunology and Allergy (ASCIA), bayi siap untuk makan makanan padat sekitar usia enam bulan, tetapi jangan dimulai sebelum usia empat bulan, ya. Tanda-tandanya antara lain kepala tegak, duduk dengan bantuan, serta menunjukkan minat pada makanan.
Si Kecil bakal mulai memperhatikan makanan nan Bunda makan dan mencoba meraih alias membuka mulut saat diberi sendok. Hal tersebut merupakan sinyal bahwa Si Kecil mau mencobanya.
Jika sampai usia tujuh bulan bayi belum menunjukkan minat makan, sebaiknya konsultasikan dengan tenaga kesehatan. Keterlambatan makan bisa berpengaruh pada tumbuh kembangnya.
Mengapa tidak disarankan memberikan makanan padat sebelum empat bulan, Bunda? Karena sistem cerna pada bayi belum siap dan perihal ini bisa meningkatkan akibat tersedak alias gangguan pencernaan nan bisa membahayakan.
10 Pilihan makanan padat untuk bayi nan sehat dan bergizi
Dikutip dari ASCIA, krusial untuk Bunda memilih makanan padat pertama nan sehat dan bergizi. Berikut adalah sepuluh pilihan nan direkomendasikan lantaran bisa membantu bayi tumbuh secara optimal.
1. Sereal bayi fortifikasi unsur besi
Sereal menjadi sumber unsur besi krusial bagi bayi nan mulai makan makanan padat. Bunda bisa memilih jenis nan bebas gula tambahan dan terbuat dari beras alias gandum agar lebih sehat.
Selain itu, sereal fortifikasi juga mudah disajikan dan bisa dicampur dengan ASI alias susu formula. Hal ini dapat membantu bayi mengenal tekstur baru secara perlahan.
2. Puree daging ayam alias sapi
Daging mengandung protein hewani dan unsur besi nan esensial untuk perkembangan bayi. Bunda sebaiknya menghaluskannya hingga sangat lembut agar mudah ditelan.
Puree daging juga bisa dicampur dengan sayur alias bubur untuk rasa nan lebih kaya. Hal ini bisa membantu Si Kecil mendapatkan nutrisi komplit sejak dini.
3. Tahu kukus nan dihancurkan
Tahu merupakan sumber protein nabati nan lembut dan mudah dikunyah bayi. Cocok untuk Bunda nan mau mengenalkan pengganti non-hewani sejak awal MPASI tanpa cemas teksturnya terlalu kasar.
Tak hanya itu, tahu kukus juga bisa dihaluskan tanpa tambahan garam agar lebih kondusif bagi ginjal bayi. Rasanya nan netral membuatnya mudah dikombinasikan dengan sayuran, sereal, alias apalagi buah-buahan untuk ragam rasa.
4. Puree ikan tanpa duri
Ikan kaya bakal omega-3 nan krusial untuk perkembangan otak bayi. Pastikan Bunda memilih ikan nan betul-betul segar, bebas duri, dan memasaknya hingga matang sempurna untuk menjaga nutrisinya.
Jenis ikan seperti salmon alias tenggiri bisa menjadi pilihan terbaik untuk Si Kecil. Teksturnya nan lembut sangat cocok dijadikan puree sebagai makanan pendamping ASI pertama.
5. Kacang-kacangan nan dihaluskan (misalnya kacang hijau, kacang merah)
Kacang-kacangan tinggi protein dan serat nan mendukung pencernaan sehat. Bunda perlu menghaluskannya hingga betul-betul lembut agar tidak membahayakan bayi.
Kacang hijau bisa dimasak menjadi bubur alias campuran sereal. Rasanya juga mudah untuk diterima Si Kecil, lantaran cukup lembut dan manis alami.
6. Telur matang
Ilustrasi telur/Foto: Getty Images/VeselovaElena
Telur mengandung protein komplit dan lemak sehat untuk mendukung pertumbuhan. Namun, jangan memberikan telur mentah alias separuh matang, karena berisiko menimbulkan jangkitan pada bayi.
Telur bisa dihaluskan dan dicampur dengan bubur alias sayur untuk ragam menu. Rasanya gurih alami, mudah dicerna, dan bisa membantu bayi mengenal rasa makanan family sejak dini.
7. Sayuran kukus (wortel, labu, brokoli) nan dihaluskan
Sayuran adalah sumber vitamin dan mineral krusial nan mendukung tumbuh kembang bayi secara menyeluruh. Bunda bisa kukus sampai lembek lampau haluskan agar mudah dikonsumsi dan tidak membikin bayi tersedak.
Tak hanya itu, Bunda juga bisa mencampurkan beberapa jenis sayur sekaligus untuk ragam rasa dan gizi nan seimbang. Warna-warna cerah seperti oranye wortel alias hijau brokoli bisa menarik perhatian dan meningkatkan nafsu makan bayi.
8. Buah nan dilumatkan (pisang, alpukat, pir matang)
Buah adalah pilihan makanan manis alami nan kondusif dan menyegarkan untuk bayi, terutama saat mulai belajar makan padat. Bunda bisa memilih buah nan matang dan bertekstur lembut seperti pisang dan alpukat.
Buah juga mengandung serat dan vitamin krusial nan mendukung sistem imun dan pencernaan bayi. Sajikan tanpa tambahan gula agar bayi belajar mengenali rasa original dari setiap bahan alami sejak dini.
9. Yoghurt polos tanpa gula
Yoghurt adalah sumber kalsium dan probiotik nan sangat baik untuk mendukung kesehatan tulang dan sistem pencernaan bayi. Pilihlah yoghurt nan polos, tanpa tambahan gula alias perisa ya, Bunda, agar tetap kondusif dan alami bagi Si Kecil.
Yoghurt bisa diberikan langsung dengan sendok mini alias dicampur dengan puree buah untuk menambah rasa dan nutrisi. Teksturnya lembut, rasanya masam segar, dan biasanya disukai oleh bayi nan sedang belajar mengenal makanan baru.
10. Bubur nasi halus
Bubur nasi bisa mulai diperkenalkan sebagai makanan pokok saat bayi mulai belajar makan. Pastikan teksturnya sangat lembut dan encer, terutama di awal pengenalan, agar mudah ditelan dan tidak membikin bayi tersedak.
Bubur ini mudah dicerna dan bisa menjadi dasar untuk mencampurkan beragam bahan lain seperti sayur, tahu, alias daging halus. Bunda bisa sajikan dalam porsi mini dan amati dengan sabar gimana respons bayi terhadap rasa dan teksturnya.
Cara mengenalkan makanan padat pada bayi untuk mencegah alergi
Ilustrasi anak makan/ Foto: Getty Images/M-image
Pemberian makanan padat pada bayi sebaiknya dilakukan secara bertahap. Langkah ini krusial untuk membantu mencegah akibat alergi.
Proses belajar makan butuh waktu dan kesabaran. Bayi belajar dengan meniru, maka saat dia memandang personil family makan, dia pun lebih tertarik mencoba.
Tahapan tekstur makanan juga krusial disesuaikan dengan usia:
- Sekitar 6 bulan: mulai dengan makanan nan betul-betul halus, seperti nan ditumbuk alias diblender.
- Usia 8-9 bulan: kenalkan makanan nan agak kasar serta finger food.
- Usia 12 bulan: bayi sudah bisa makan potongan mini seperti makanan keluarga.
Sebenarnya, tidak ada urutan baku dalam mengenalkan makanan padat pada bayi. Namun, krusial Bunda untuk memastikan bahwa makanan nan kaya unsur besi sudah mulai diberikan sejak usia 6 bulan.
Beberapa contohnya termasuk sereal fortifikasi unsur besi, daging, unggas, ikan, telur matang, tahu, dan kacang-kacangan. Selain itu, kenalkan satu per satu makanan nan berpotensi memicu alergi.
Jika muncul reaksi, perihal ini bakal memudahkan Bunda untuk mengidentifikasi penyebabnya. Bila tidak ada reaksi alergi, lanjutkan pemberiannya secara rutin sekitar dua kali seminggu.
Supaya tetap aman, Bunda bisa lakukan ini saat mengenalkan makanan alergen pada Si Kecil:
- Pastikan bayi makan sembari duduk di bangku makan khusus.
- Bersihkan tangan dan wajah bayi setelah makan.
- Gunakan kain lap unik (misalnya berbeda warna) untuk membersihkan sisa makanan.
- Cuci perangkat makan nan terkena alergen dengan sabun dan air hangat hingga bersih.
- Kalau perlu, beri makanan alergen saat personil family nan alergi tidak berada di rumah.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ndf/ndf)