Populer Tapi Berisiko: Diet Keto Ternyata Bisa Meningkatkan Risiko Kanker

Sedang Trending 5 hari yang lalu

Bunda pernah alias sedang menjalani diet keto? Diet keto terkenal tapi berisiko pada kesehatan apalagi ada dugaan bahwa bisa meningkatkan akibat kena kanker.

Diet keto telah menjadi salah satu tren diet paling terkenal dalam beberapa tahun terakhir. Dengan janji penurunan berat badan sigap dan kestabilan gula darah, diet tinggi lemak dan sangat rendah karbohidrat ini banyak diikuti oleh Bunda nan mau tampil lebih ramping.

Di kembali popularitasnya, muncul peringatan dari intelektual mengenai akibat tersembunyi dari diet keto nan selama ini jarang disorot, ialah potensi peningkatan akibat kanker bagi para pelakunya.

Ingat Bunda, kanker tetap menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia, bersaing ketat dengan penyakit jantung dalam perihal jumlah korban jiwa setiap tahun. Sementara pencegahan penyakit jantung kerap dikaitkan dengan perubahan style hidup sehat, pencegahan kanker tetap menjadi tantangan besar.

Untuk itu, para intelektual terus berupaya menggali beragam aspek nan mungkin berkontribusi terhadap akibat kanker, termasuk pola makan nan semakin banyak diadopsi masyarakat seperti diet keto. Sebuah studi terbaru dari peneliti di China nan menganalisis info dari survei jangka panjang di AS nan disebut National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) Amerika Serikat.

Hasil penelitian menemukan adanya hubungan signifikan antara diet keto dengan peningkatan akibat kanker. Studi ini diterbitkan dalam jurnal Nutrition and Cancer dan menjadi salah satu penelitian krusial nan memaparkan sisi lain dari diet keto nan selama ini jarang dibicarakan secara terbuka.

Mengutip Eating Well, mari telaah mengenai diet keto dan hubungannya dengan peningkatan akibat kanker.

Kata penelitian soal diet keto dan akibat kanker

Penelitian nan disebutkan di atas menganalisis info dari nyaris 44 ribu peserta NHANES antara tahun 2001 hingga 2018, dengan pembagian peserta cukup merata antara laki-laki dan peremepuan nan berumur di atas 20 tahun. Data nan digunakan meliputi info diet, riwayat kesehatan, demografi, dan apakah peserta pernah didiagnosis kanker oleh tenaga kesehatan.

Para peneliti menggunakan rasio ketogenik diet (DKR) untuk mengukur tingkat kemungkinan peserta memasuki kondisi ketosis berasas asupan makronutrien mereka. Peserta dibagi ke dalam empat golongan berasas tingkat DKR mereka, dengan golongan Q4 mempunyai tingkat ketosis tertinggi dan Q1 terendah.

Analisis statistik dilakukan dengan penyesuaian aspek usia, jenis kelamin, etnis, tingkat pendidikan, pendapatan, status pernikahan, BMI, riwayat merokok, serta kondisi medis lain.

Peneliti menemukan bahwa semakin tinggi tingkat DKR peserta, semakin tinggi pula akibat kanker nan dialami. Tidak hanya pada satu alias dua jenis kanker, tapi pada semua jenis kanker secara umum.

Hal ini menunjukkan adanya asosiasi nan signifikan antara diet keto dengan peningkatan akibat kanker. Meski peneliti mengakui diet keto mempunyai faedah jangka pendek seperti membantu penurunan berat badan dan kestabilan gula darah, akibat jangka panjang dari diet ini dapat lebih besar dari faedah nan diperoleh.

Salah satu argumen nan dicatat, adanya kemungkinan keton dalam tubuh dapat meningkatkan stres oksidatif, merusak sel, dan memicu akibat kanker. Selain itu, meskipun sel kanker umumnya menggunakan glukosa sebagai energi, beberapa sel kanker juga dapat memanfaatkan keton untuk memperkuat hidup dan berkembang biak.

Penelitian ini juga menemukan adanya penurunan signifikan pada sifat antioksidan vitamin A, C, E, serta komponen seperti zinc, mangan, dan selenium seiring dengan peningkatan tingkat ketosis. Kekurangan nutrisi ini telah lama diketahui dapat meningkatkan akibat beragam jenis kanker.

Batasan studi dan penerapannya untuk kehidupan sehari-hari

Salah satu keterbatasan studi ini adalah tidak adanya pengukuran ketosis secara langsung melalui pemeriksaan darah serta info nan berkarakter self-reported sehingga memungkinkan adanya bias alias kesalahan info dari peserta, termasuk mengenai riwayat kanker mereka.

Meski demikian, hasil studi ini menjadi pengingat krusial bagi masyarakat bahwa diet keto bukanlah solusi ajaib nan bebas risiko. Diet ini memang mempunyai kegunaan medis tertentu, seperti mengurangi tegang pada anak dengan epilepsi, namun untuk penggunaan umum sebagai diet penurunan berat badan, akibat jangka panjang perlu dipertimbangkan secara matang.

Studi ini menekankan pentingnya pola makan nan seimbang. Dengan konsumsi beragam jenis makanan nan kaya antioksidan dan nutrisi krusial untuk menurunkan akibat kanker.

Mengonsumsi makanan antiinflamasi seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, serta lemak sehat dapat menjadi langkah bijak untuk menjaga kesehatan sekaligus menekan akibat kanker. Selain itu, style hidup aktif dengan rutin bergerak, menjaga berat badan sehat, tidur cukup, mengelola stres, serta menghindari konsumsi alkohol dan rokok dapat menjadi langkah krusial dalam pencegahan kanker secara menyeluruh.

Apakah diet keto masih aman?

Pakar nutrisi menekankan bahwa diet keto mungkin tetap relevan untuk kondisi medis tertentu alias sebagai langkah penurunan berat badan dalam jangka pendek. Namun untuk penggunaan jangka panjang, akibat kanker dan kekurangan nutrisi krusial perlu diperhatikan.

Jika mau mengurangi konsumsi karbohidrat tanpa akibat keto nan ekstrem, Bunda bisa memilih pola makan rendah karbohidrat moderat nan tetap kaya protein, serat, serta vitamin dan mineral.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(som/som)

Selengkapnya