Muncul kejadian 'Japanese First' di Jepang nan bisa saja memengaruhi pekerja asing, termasuk Indonesia. Apa ada kerabat Bunda bekerja di sana? Berikut penjelasan mengenai kejadian tersebut dan gimana dampaknya dengan pekerja dari Indonesia.
Fenomena kebangkitan partai populis sayap kanan Sanseito dengan semboyan 'Japanese First' di Jepang memunculkan kekhawatiran tersendiri bagi para pekerja migran Indonesia nan jumlahnya terus meningkat di Negeri Sakura. Sanseito, nan sekarang menjadi kekuatan oposisi keempat terbesar di parlemen Jepang setelah meraih 14 bangku dalam pemilu majelis tinggi terbaru, mengusung janji pembatasan ketat terhadap imigrasi dan pengetatan kebijakan kependudukan bagi penduduk asing.
Retorika nasionalis ini muncul di tengah frustrasi publik Jepang atas inflasi tinggi, melemahnya yen, dan kekhawatiran nilai kebutuhan pokok nan semakin susah dijangkau penduduk lokal. Di sisi lain, pertumbuhan jumlah pekerja migran Indonesia di Jepang menunjukkan tren signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan info Kantor Imigrasi Jepang per Desember 2024, jumlah WNI di Jepang mencapai 199.824 orang, meningkat lebih dari 15 persen hanya dalam enam bulan terakhir. Mereka bekerja di beragam sektor, termasuk konstruksi, pertanian, perhotelan, hingga sektor keperawatan melalui skema pekerja terampil.
Lonjakan jumlah pekerja RI ini juga terjadi berbarengan dengan meningkatnya volume visitor asing akibat melemahnya yen, memicu kekhawatiran penduduk Jepang bakal 'over tourism' dan meningkatnya kepemilikan lahan oleh orang asing. Pertanyaannya, apakah aktivitas 'Japanese First' Sanseito bakal berakibat langsung pada pekerja Indonesia?
Pemimpin Sanseito, Sohei Kamiya, memang menegaskan partainya mau membatasi jumlah penduduk asing maksimal 5 persen dari populasi di setiap kota dan memperketat proses naturalisasi kewarganegaraan. Meski Sanseito membantah retorika mereka berkarakter xenofobia, banyak pihak menilai narasi ini bisa memicu kebijakan nan memperketat prosedur izin tinggal, menekan kesempatan kerja migran, serta meningkatkan pengawasan perilaku pekerja asing di Jepang ke depannya.
Adakah akibat langsung untuk pekerja Indonesia?
Saat ini, pekerja Indonesia di Jepang berkontribusi krusial pada sektor-sektor nan mengalami kekurangan tenaga kerja. Hingga sekarang belum diketahui gimana akibat 'Japanese First' terhadap pekerja Indonesia.
Meski demikian, bagi pekerja Indonesia, perihal ini berfaedah krusial untuk menjaga perilaku, kepatuhan terhadap norma setempat, dan memperkuat kerja sama organisasi dalam menjaga gambaran baik WNI di Jepang.
Pada saat nan sama, pemerintah RI perlu memonitor kebijakan imigrasi Jepang dengan jeli serta memperkuat perlindungan norma bagi para pekerja migran Indonesia agar tidak terdampak oleh retorika populis nan bisa berkembang menjadi kebijakan diskriminatif di masa depan.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)