Jakarta -
Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker nan menyerang leher rahim (serviks) dan banyak dikaitkan dengan jangkitan Human Papillomavirus (HPV).
Sayangnya, tetap banyak beredar mitos di masyarakat mengenai penularan kanker serviks, salah satunya adalah dugaan bahwa kanker serviks bisa menular melalui toilet duduk umum. Apakah perihal tersebut benar? Simak kebenaran berikut yuk Bunda.
Apa itu kanker serviks?
Kanker serviks adalah jenis kanker nan sering menyerang perempuan. Kanker serviks terjadi ketika sel-sel abnormal di leher rahim berkembang tidak terkendali.
Penyebab utama dari kanker ini adalah jangkitan HPV akibat tinggi, terutama jenis 16 dan 18. HPV sendiri adalah virus nan sangat umum dan ditularkan terutama melalui kontak kulit ke kulit saat aktivitas seksual.
Kanker serviks biasanya berkembang perlahan dan dapat diobati jika ditangani dengan cepat. Gejala kanker serviks termasuk pendarahan nan tidak normal, nyeri saat berasosiasi seksual, dan pendarahan nan berjalan lebih lama dari biasanya.
Menurut World Health Organization (WHO), nyaris semua kasus kanker serviks lebih dari 95 persen mengenai dengan jangkitan HPV nan ditularkan secara seksual.
Mengutip laman Verywellhealth, Human papillomavirus (HPV) adalah jangkitan menular seksual (IMS) nan paling umum di Amerika Serikat. Karena itu, banyak mitos dan info keliru tentang langkah penularannya salah satunya lewat toilet duduk umum.
Kemungkinan tertular HPV dari toilet duduk sangat tidak mungkin lantaran virus ini tidak memperkuat lama di permukaan benda, dan penularannya memerlukan kontak langsung dengan kulit alias membran mukosa.
Faktanya, belum ada bukti nan meyakinkan bahwa HPV bisa ditularkan dari seseorang ke suatu benda, lampau ke orang lain nan disebut transmisi melalui barang meninggal (fomite transmission). Namun, ada beberapa temuan lain nan menimbulkan kekhawatiran. Secara keseluruhan, sebagian besar penularan HPV terjadi dari orang ke orang melalui kontak fisik, sehingga akibat tertular HPV dari virus nan hidup di permukaan barang relatif kecil.
Benda meninggal seperti handuk basah diduga bertanggung jawab atas beberapa kasus HPV pada anak-anak. Dalam skenario ini, orang tua nan terinfeksi mungkin tanpa sadar memindahkan virus ke handuk, lampau menggunakan handuk itu pada anaknya tak lama setelahnya.
Keberadaan HPV pada benda-benda juga telah dibuktikan. Alat USG nan digunakan di dalam tubuh, termasuk perangkat untuk pemeriksaan USG transvaginal, dapat terkontaminasi HPV, termasuk jenis-jenis berisiko tinggi.
Jika ini terjadi, apalagi beberapa disinfektan tingkat tinggi pun tidak bisa sepenuhnya menghilangkan virus. Untungnya, metode kimia seperti sonikasi dengan hidrogen peroksida, serta metode non-kimia seperti radiasi ultraviolet C, tampak efektif untuk membunuh virus tersebut.
Pada studi lama dari Skandinavia secara unik meneliti keberadaan DNA HPV pada dudukan toilet dan lantai di lingkungan resor nan lembap. Hasilnya tidak menemukan bukti adanya virus nan dapat menularkan kanker serviks melalui dudukan toilet.
Fakta penularan kanker serviks
HPV ditularkan melalui kontak kulit ke kulit dengan pasangan nan terinfeksi, terutama selama aktivitas seksual. Seseorang bisa saja mempunyai HPV tanpa menyadarinya, dan tetap bisa menularkan HPV kepada orang lain meskipun tidak menunjukkan tanda alias indikasi apa pun. Aktivitas seksual nan dapat menularkan virus ini antara lain:
- Hubungan seks vaginal
- Hubungan seks anal
- Seks oral
- Menyentuh perangkat kelamin pasangan nan terinfeksi lampau menyentuh perangkat kelamin sendiri
- Berciuman
- Fisting alias fingering
- Menggunakan sex toy nan tidak didesinfeksi setelah digunakan oleh orang nan terinfeksi
- Kontak langsung antara perangkat kelamin (baik pasangan sejenis maupun musuh jenis).
Penularan nonseksual kanker serviks
Sementara penularan nonseksual dapat terjdi di antaranya.
1. Transmisi transplasenta (jarang terjadi)
Dalam kasus nan tidak umum, HPV dapat beranjak dari ibu nan terinfeksi ke dalam rahim selama kehamilan. DNA HPV telah ditemukan dalam cairan amnion dan tali pusat.
2. Dari ibu nan terinfeksi ke bayi saat melahirkan secara vaginal (transmisi perinatal)
Penularan diduga terjadi saat bayi melewati jalan lahir. Hal ini dapat menyebabkan papilloma di mulut, tenggorokan, alias paru-paru bayi.
3. Kontak digital (tangan)
Orang tua alias pengasuh nan mempunyai kutil mengenai HPV di tangan mereka bisa menularkan virus ke bayi saat mengganti popok.
4. Auto-inokulasi
Seseorang dapat menyebarkan virus dari satu bagian tubuh ke bagian lainnya, misalnya dengan menyentuh kutil kelamin lampau menyentuh mulut.
Pencegahan jangkitan HPV
Beberapa langkah untuk mengurangi akibat jangkitan HPV antara lain:
1. Vaksinasi
Gardasil 9 adalah satu-satunya vaksin HPV nan disetujui di Amerika Serikat.
2. Tingkatkan kesadaran
Pahami bahwa virus ini ada, dan seseorang bisa terinfeksi meskipun tidak menunjukkan gejala.
3. Lakukan seks aman
Praktik seks kondusif sangat krusial untuk mengurangi akibat HPV dan IMS lainnya.
4. Batasi jumlah pasangan seksual
Semakin sedikit pasangan seksual, semakin mini kemungkinan tertular HPV.
5. Gunakan kondom
Penggunaan kondom nan tepat dapat mengurangi akibat HPV hingga 70 persen pada perempuan.
6. Cuci tangan
Mencuci tangan dapat mengurangi akibat tertular HPV alias menularkannya ke orang lain alias ke bagian tubuh lain.
7. Lakukan pap smear secara rutin
Infeksi HPV tanpa indikasi pun dapat menyebabkan kanker serviks, jadi krusial untuk mengikuti pedoman pemeriksaan Pap smear dan tes HPV dalam beberapa kasus.
Kesimpulannya kanker serviks tidak bisa menular melalui toilet duduk ya Bunda. Penularan utama terjadi lantaran jangkitan HPV nan ditularkan lewat kontak seksual.
Oleh lantaran itu, krusial untuk mendapatkan vaksin HPV, melakukan skrining rutin, dan menerapkan perilaku seksual nan sehat untuk mencegah akibat kanker serviks seperti nan sudah dijelaskan di ulasan. Semoga informasinya berfaedah ya Bunda.
(pri/pri)