Jakarta -
Setiap Bunda nan mengandung disarankan untuk mendapatkan waktu tidur nan cukup dan berkualitas. Studi terbaru menemukan, ibu mengandung kurang tidur bisa berisiko melahirkan anak dengan masalah kognitif dan perilaku.
Seperti diketahui, lama tidur nan pendek memang sering terjadi selama hamil. Ada beberapa aspek penyebabnya, seperti perubahan hormonal, ketidaknyamanan mengenai kehamilan, dan sering buang air kecil.
Dilansir laman Science Daily, lama tidur pendek didefinisikan sebagai tidur kurang dari tujuh jam per malam. Dalam studi nan diterbitkan di Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism tahun 2024, dilaporkan bahwa nyaris 40 persen ibu mengandung mengalami lama tidur nan pendek.
Para ibu mengandung ini mungkin berisiko lebih tinggi mengalami gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin, dan glukosuria gestasional. Anak-anak mereka nan lahir juga lebih mungkin berisiko mengalami keterlambatan perkembangan saraf, termasuk lebih lambat dalam mengembangkan keahlian sosial, emosional, perilaku, motorik, kognitif, alias keahlian bicara.
"Studi ini menyoroti pentingnya mengelola kesehatan tidur selama kehamilan. Dengan menyoroti hubungan antara tidur ibu selama kehamilan dan perkembangan saraf anak, studi kami memberdayakan family dengan pengetahuan nan dapat membentuk kebiasaan kehamilan nan lebih sehat dan berkontribusi pada kesejahteraan generasi mendatang," kata penulis utama studi dari Anhui Medical University and the MOE Key Laboratory of Population Health Across Life Cycle di China, Peng Zhu, M.D.
"Meningkatkan kebiasaan tidur selama kehamilan dapat mencegah alias mengurangi akibat masalah perkembangan saraf pada anak," sambungnya.
Hasil studi ibu mengandung kurang tidur dan dampaknya ke anak
Dalam studi ini, para peneliti menganalisis info tidur dari 7.059 pasangan ibu dan anak dari 3 rumah sakit berbeda di China. Mereka menyaring anak-anak untuk mengetahui adanya keterlambatan perkembangan dari usia 6 bulan hingga 3 tahun dan menganalisis hubungan antara lama tidur ibu selama mengandung dan akibat keterlambatan perkembangan saraf.
Peneliti juga mengevaluasi peran kadar C-peptida serum darah tali pusat, nan merupakan parameter sekresi insulin janin nan stabil.
Berikut beberapa temuan dari studi mengenai akibat ibu mengandung kurang tidur pada perkembangan anak:
- Kurang tidur selama kehamilan dapat dikaitkan dengan peningkatan akibat masalah perkembangan saraf pada anak, nan memengaruhi keahlian kognitif, perkembangan perilaku, dan keahlian belajar.
- Anak laki-laki tampaknya berisiko lebih tinggi mengalami keterlambatan perkembangan saraf ketika ibu mereka mengalami lama tidur pendek selama kehamilan. Temuan ini menunjukkan bahwa jenis kelamin memainkan peran krusial dalam respons keturunan terhadap aspek lingkungan prenatal.
- Durasi tidur pendek selama kehamilan dapat memengaruhi metabolisme glukosa ibu, sehingga memengaruhi lingkungan perkembangan janin.
- Kemungkinan terdapat hubungan positif antara kadar C-peptida dalam darah tali pusat dan keterlambatan perkembangan saraf pada keturunan, nan menunjukkan bahwa metabolisme glukosa ibu selama kehamilan dapat memengaruhi sekresi insulin janin, nan berakibat pada perkembangan saraf anak.
Zhu menekankan bahwa menjaga kesehatan selama masa kehamilan sangat krusial dan berakibat besar pada perkembangan janin. "Kesehatan prenatal krusial tidak hanya bagi ibu mengandung tetapi juga untuk kesehatan jangka panjang anak nan belum lahir," ujar Zhu.
Ilustrasi Ibu Hamil Sulit Tidur/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Doucefleur
Dampak lain dari ibu mengandung kurang tidur pada janin
Kekurangan tidur di malam hari dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi Bunda dan janin. Beberapa studi sebelumnya juga pernah meneliti tentang akibat ibu mengandung kurang tidur. Melansir dari beberapa sumber, berikut akibat lain dari ibu mengandung kurang tidur pada janin:
1. Pertambahan berat badan nan berlebihan
Studi nan diterbitkan dalam Sleep and Biological Rhythms tahun 2020 menunjukkan bahwa kualitas tidur nan jelek dikaitkan dengan pertambahan berat badan berlebihan selama hamil. Pertambahan berat badan berlebih ini berasosiasi dengan bayi lahir dengan berat berlebih dan obesitas pada wanita setelah melahirkan.
2. Hipertensi
Hipertensi pada kehamilan terjadi ketika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHG. Peningkatan tekanan darah berlebihan berbarengan dengan kelebihan urine bisa menyebabkan preeklamsia.
Kekurangan waktu tidur telah banyak dikaitkan dengan preeklamsia. Kondisi ini dapat mengakibatkan kelahiran prematur, perdarahan hebat, hingga kematian ibu.
3. Diebetes gestasional
Dikutip dari Very Well Family, kajian meta kajian tahun 2017 nan diterbitkan dalam Sleep Medicine Reviews menemukan, lama tidur pendek selama kehamilan (kurang dari enam seperempat jam per malam) dihubungkan dengan hiperglikemia dan peningkatan akibat glukosuria gestasional. Diabetes gestasional terjadi ketika ibu mengandung tidak dapat memproduksi cukup insulin, ialah hormon nan mengontrol gula darah (glukosa).
Ada beberapa akibat dari glukosuria gestasional, ialah tekanan hipertensi (hipertensi) selama kehamilan, dan bayi lahir dengan berat berlebih, sehingga meningkatkan akibat persalinan caesar.
Demikian studi tentang akibat ibu mengandung kurang tidur terhadap masalah kognitif dan perilaku pada anak. Semoga info ini berfaedah ya.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/pri)