Jakarta -
Tak semua keberhasilan anak ditentukan oleh nilai rapor alias banyaknya prestasi nan mereka raih. Justru, banyak keberhasilan sejati dimulai dari perihal nan tidak terlihat, ialah hubungan anak dengan dirinya sendiri.
Banyak orang tua sekarang berfokus membantu anak sukses dari luar, seperti mengajari mereka berbicara, hingga menanamkan perilaku baik. Namun di kembali semua itu, ada satu perihal nan tak boleh luput, ialah gimana anak mengenali dan memahami dirinya sendiri.
Seorang peneliti dan praktisi parenting di Amerika Serikat, Reem Raouda, menekankan pentingnya hubungan diri pada anak. Penegasan ini disampaikan berasas pengalaman pribadi sekaligus hasil risetnya selama bertahun-tahun.
"Saya telah menghabiskan bertahun-tahun meneliti lebih dari 200 hubungan orang tua-anak, dan saya juga seorang Bunda. Hal nomor satu nan selalu saya sampaikan pada orang tua lain adalah jika hanya bisa mengajarkan satu keahlian dalam hidup, ajarkan hubungan diri," ujarnya dikutip dari laman CNBC Make It.
Koneksi diri menjadi bekal terpenting anak untuk sukses seumur hidup
Hilangnya hubungan diri pada anak sering kali terjadi melalui hubungan sehari-hari nan tampak dihiraukan. Contoh paling umum adalah ketika seorang balita menangis lantaran mainannya diambil, lampau Bunda berkata, "Kamu enggak apa-apa. Itu bukan perihal besar".
Tanpa sadar, Si Kecil justru menangkap pesan berbeda, ialah bahwa perasaannya dianggap tidak penting. Ketika anak merasa takut saat tidur dan mendengar, "Enggak ada nan perlu ditakuti," anak bisa merasa bahwa emosi seperti takut adalah sesuatu nan salah.
Jika respons seperti ini terus diulang, anak bakal mulai meragukan emosi dan bunyi hatinya sendiri. Lama-kelamaan, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi nan mudah cemas, susah mengatur emosi, alias apalagi menarik diri dari orang lain.
Ternyata, hubungan diri membawa banyak nilai krusial dalam kehidupan anak
Dikutip dari CNBC Make It, hubungan diri adalah skill kunci nan bakal membantu anak sukses seumur hidup. Anak nan bisa mengenali dan memahami emosinya condong lebih handal dalam menghadapi perubahan di beragam tahap kehidupannya.
1. Membangun ketangguhan emosional
Anak nan terhubung dengan emosinya bisa mengakui dan memahami apa nan mereka rasakan. Hal ini dapat membikin mereka lebih siap menghadapi stres, penolakan, dan gejolak emosi tanpa kehilangan arah.
2. Mendukung batas nan sehat
Anak nan mengenal dirinya sendiri umumnya lebih percaya pada hatikecil dan intuisi mereka. Mereka bakal lebih berani menyuarakan ketidaknyamanan dan tidak mudah mengikuti tekanan dari kawan sebayanya.
Kepercayaan diri nan kuat tidak selalu datang dari prestasi alias pujian luar. Anak nan tahu siapa dirinya bakal merasa kondusif untuk menjadi diri sendiri, apalagi ketika situasi terasa sulit.
4. Melindungi kesehatan mental
Koneksi diri memberi anak pegangan saat mereka merasa tidak pasti alias ragu. Ini bisa menjadi tembok nan kokoh untuk menghadapi kekhawatiran dan menghindari pencarian pengesahan dari luar.
Kabar nan cukup melegakan, Bunda dan Ayah enggak perlu mengubah seluruh pola pengasuhan nan sudah dijalani. Cukup dengan langkah-langkah kecil, dampaknya bisa sangat berfaedah bagi hubungan emosional anak.
1. Validasi emosi mereka
Tahan dorongan untuk langsung menenangkan dengan berkata, "Kamu enggak apa-apa." Lebih baik ucapkan, "Itu memang bikin kesal, ya? Bunda di sini kok".
Validasi bukan berfaedah setuju dengan perilaku mereka, tapi menunjukkan bahwa emosi mereka nyata dan layak diakui. Hal ini membantu anak percaya pada emosinya sendiri, nan merupakan fondasi krusial dari hubungan diri.
2. Terima mereka secara utuh
Berikan ruang untuk semua corak ekspresi, termasuk emosi nan susah alias pertanyaan nan membuatmu bingung. Anak nan merasa diterima saat marah, sedih, alias takut bakal merasa kondusif menjadi dirinya sendiri.
Saat anak tahu bahwa semua sisi dirinya diterima, mereka tumbuh dengan nilai diri nan lebih stabil. Ini menjadi dasar kepercayaan emosional nan kuat hingga dewasa nanti.
3. Beri ruang, jangan terlalu mengatur
Mengontrol terlalu banyak perihal justru bisa mematahkan kepercayaan diri Si Kecil. Beri mereka pilihan mini sesuai usia agar mereka belajar mengambil keputusan sendiri.
Membebaskan anak bereksperimen di ruang kondusif membantu mereka mengenal bunyi hati dan batasannya sendiri. Hal ini juga melatih ketangguhan saat menghadapi kegagalan kecil.
4. Jadilah contoh hubungan diri
Saat Bunda merasa capek alias kesal, jangan ragu untuk mengatakannya dengan jujur, seperti "Bunda lagi butuh waktu sebentar". Hal ini bukan suatu kelemahan ya, Bunda, tetapi ini merupakan pelajaran krusial bagi Si Kecil.
Dengan memandang orang tuanya mengenali dan mengelola emosi, anak belajar bahwa emosi adalah perihal nan normal. Mereka pun terbiasa tidak menekan alias menyangkal emosinya sendiri.
5. Gunakan bahasa nan membangun kesadaran, bukan rasa bersalah
Daripada bertanya, "Kenapa Anda lakukan itu?", cobalah dengan kalimat, "Apa nan Anda rasakan saat itu?". Nada penuh rasa mau tahu dan tanpa menghakimi tersebut bakal membikin anak lebih terbuka untuk berbagi perasaannya.
Bahasa seperti ini mendorong anak untuk introspeksi daripada bertahan. Perlahan, Si Kecil bakal mempunyai bunyi hati nan berakar dari pemahaman, bukan emosi takut alias malu.
6. Lihat lebih dalam dari sekadar perilaku
Saat anak berteriak alias membantah, mudah untuk Bunda menilai sikapnya sebagai tidak sopan alias pembangkang. Namun, perilaku ekstrem seperti ini sering kali adalah permintaan tolong nan belum terucap.
Cobalah bertanya, "Apa nan sedang Anda butuhkan sekarang?", dengan begitu anak merasa dilihat secara utuh, bukan hanya dinilai dari tindakannya.
7. Rayakan siapa mereka, bukan hanya apa nan mereka capai
Pujian tak kudu selalu untuk nilai bagus alias sebuah prestasi. Perhatikan juga hal-hal mini seperti rasa empati, keingintahuan, alias upaya mereka dalam menghadapi tantangan sehari-hari.
Dengan begitu, anak tahu bahwa dirinya dicintai bukan lantaran hasil, tapi lantaran keberadaannya nan utuh. Hal ini memberi rasa kondusif untuk menjadi diri sendiri, apa pun situasinya, termasuk saat mereka kandas alias melakukan kesalahan.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ndf/fir)