Resign Dari Bank, Perempuan Ini Pilih Jadi Pemetik Buah Bergaji Rp300 Ribu/jam Di Australia

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Jakarta -

Keputusan untuk memulai pekerjaan baru di luar negeri bukanlah perihal nan mudah bagi Merianti. Perempuan asal Pontianak, Kalimantan Barat ini apalagi rela resign dari pekerjaannya di bank untuk bisa memulai kehidupan baru di Australia, Bunda.

Merianti memutuskan untuk terbang ke Australia dan bekerja di sana menggunakan Working Holiday Visa (WHV). Selama di Australia, wanita nan berkawan disapa Meri ini sudah menjajal banyak jenis pekerjaan. Meri apalagi berpindah-pindah tempat untuk mendapatkan pekerjaan agar bisa memperpanjang visanya.

"Pernah kerja jadi waitress, sorting buah,, kerja gudang, tukang cuci piring, petik apel, tomat, raspberry. Sekarang kembali lagi sorting buah jeruk. Aku pindah-pindah dari satu state ke state nan lain demi cari kerja buat perpanjang visa," katanya, dikutip dari IG @meriiwinerry. Tim HaiBunda telah mendapatkan izin untuk mengutip konten ini.

Selama di Australia, Meri pernah menganggur selama lebih dari dua bulan. Ia juga pernah mengalami cedera nan membuatnya tidak bisa bekerja, Bunda.

"Pernah nganggur lebih dari dua bulan sampai sempat cedera serius waktu kerja dan enggak bisa kerja berminggu-minggu, tapi tetap kudu bayar tempat tinggal dan groceries," katanya.

Meri bekerja sebagai pemetik buah dan digaji Rp300.000

Meri saat ini diketahui bekerja sebagai pemetik buah di Australia. Ia mendapatkan penghasilan Rp300.000 per jam.

Menurutnya, penghasilan nan didapatkannya adalah penghasilan minimum pekerja casual. Gaji minimum general di sana adalah 24.95 dollar Australia alias sekitar Rp265.105.

Meri mengatakan bahwa penghasilan nan diterimanya tak berfaedah membuatnya bisa mengumpulkan pundi-pundi duit dalam jumlah banyak. Gaji tersebut belum dipotong oleh pajak. Tak hanya itu, dia juga mesti mengeluarkan sejumlah duit untuk biaya hidup di sana.

"Banyak banget nan bilang dengan digaji Rp300.000 per jam berfaedah Meri sudah kaya dong ya? Jadi Rp1 M setahun bisa dong? Jawabannya, enggak ya guys," ujar Meri.

"Walaupun bayaran minimum Australia itu 30 dollar per jam, tapi itu belum dipotong dengan pajak 15 persen untuk pemegang WHV. Belum lagi dipotong dengan duit sewa, duit groceries, duit kuota, dan beberapa biaya lainnya," sambungnya.

Meri mengaku bahwa dia pernah kesulitan menabung di tahun pertamanya bekerja di Australia, Bunda. Gaji nan diperolehnya banyak digunakan untuk biaya pengeluaran, Bunda.

Meski begitu, Meri percaya bahwa kerja kerasnya bakal terbayar. Ia menganggap setiap orang pasti mempunyai jalan masing-masing untuk bisa sukses.

"Tahun pertama WHV-ku apalagi susah banget buat nabung apalagi bisa Rp1 M. Tapi saya percaya tiap orang punya jalan dan keberuntungannya masing-masing," ungkapnya.

Meri bekerja di Australia menggunakan Working Holiday Visa (WHV). Menurutnya, WHV ini merupakan visa hasil kerjasama antara Indonesia dan Australia untuk anak muda Indonesia nan berumur 18-30 tahun.

Melalui visa ini, WNI bisa bekerja, tinggal, dan liburan di Australia sampai satu tahun. Setiap WNI nan memenuhi syarat bisa mendapatkan visa satu kali saja seumur hidup. Mereka juga dapat memperpanjangnya dengan syarat tertentu.

Demikian kisah Meri yang memutuskan resign dari bank untuk bekerja sebagai pemetik buah di Australia.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/pri)

Selengkapnya