Jakarta -
Kanker serviks tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian pada perempuan, terutama di usia produktif. Dikutip dari Ntuchealth, setiap tahun, lebih dari 200 wanita di Singapura didiagnosis menderita kanker serviks, dengan 70 kematian akibat kondisi tersebut. Wah, ngeri banget ya Bunda.
Namun tingkat kesembuhan dapat ditingkatkan jika kanker serviks terdeteksi dan diobati sejak awal lho. Tahu nggak sih Bunda jika kanker serviks itu bisa dicegah dan ditemukan sejak awal lewat tes sederhana? Namanya Pap Smear dan Thin Prep. Dua-duanya sering direkomendasikan master buat cek kondisi leher rahim, terutama untuk kita para wanita nan udah menikah alias aktif secara seksual.
Dikutip dari Health365, Pap smear dan Thin Prep adalah jenis tes skrining kanker serviks nan digunakan untuk mendeteksi sel-sel abnormal pada serviks perempuan. Pap smear dan Thin Prep mempunyai metode pengambilan sampel nan serupa.
Metode ini melibatkan penyedia jasa kesehatan nan menggunakan spatula alias sikat dan dengan lembut mengikisnya di sepanjang permukaan serviks untuk mengumpulkan sampel sel. Sampel nan terkumpul kemudian bakal digunakan untuk observasi alias pemrosesan untuk menunjukkan keberadaan sel kanker alias prakanker.
Tapi sebenarnya, apa sih bedanya? Yuk kita telaah Bunda.
Pap Smear: Tes lama nan tetap diandalkan
Pap Smear dipakai sejak tahun 1940-an lho, Bunda. Caranya, master ambil sel dari leher rahim dan langsung dioleskan ke kaca kecil, lampau diperiksa di laboratorium. Dari situ, bisa dilihat apakah ada perubahan pada sel nan bisa jadi tanda awal kanker.
Menurut info dari World Health Organization (WHO), Pap Smear bisa menurunkan akibat kematian akibat kanker serviks sampai 80 persen jika dilakukan secara rutin. Sayangnya, Pap Smear kadang kurang jeli jika sampel nan diambil kotor alias enggak rata.
Menurut penelitian dari National Cancer Institute di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sensitivitas Pap Smear konvensional untuk mendeteksi sel prakanker berada di nomor sekitar 51 persen hingga 75 persen, tergantung kondisi sampel.
Thin Prep: Lebih modern, lebih bersih
Thin Prep, alias sering disebut liquid-based Pap test, adalah jenis lebih canggih dari Pap Smear. Setelah ambil sampel sel, master nggak langsung oles ke kaca, tapi masukin ke cairan unik dulu. Di lab, sel-selnya disaring dan dibersihkan, jadi hasilnya lebih rapi dan mudah terbaca.
Menurut penelitian dari Journal of the American Medical Association (JAMA) menyebut bahwa Thin Prep mempunyai kecermatan lebih tinggi, dengan sensitivitas mencapai 85 persen–95 persen untuk mendeteksi lesi pra-kanker.
Menurut studi lainnya dari Cochrane Review juga menyimpulkan bahwa tes berbasis cairan seperti Thin Prep lebih unggul dalam perihal kualitas sampel dan mengurangi hasil tidak sah (sampel nan kudu diulang).
Selain itu, satu kelebihan besar dari Thin Prep adalah, dari satu sampel cairan itu, kita bisa sekalian cek HPV virus penyebab utama kanker serviks. Jadi bisa dapat dua hasil sekaligus dari satu kali periksa.
Mana nan lebih baik?
Kalau dilihat dari sisi kecermatan dan kualitas sampel, Thin Prep memang lebih unggul. Tapi jika dari sisi biaya dan akses, Pap Smear konvensional tetap sangat berguna, terutama jika dilakukan secara rutin dan diawasi dokter.
Dikutip dari The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) tetap menyarankan wanita usia 21–29 tahun melakukan Pap Smear tiap 3 tahun. Sedangkan mulai usia 30 tahun ke atas, bisa memilih antara Pap Smear tiap 3 tahun, alias Pap Smear plus HPV test (co-testing) tiap 5 tahun.
Kalau Bunda punya akses ke akomodasi nan menyediakan ThinPrep dan bisa menyesuaikan dengan anggaran, tes ini memang lebih komplit dan akurat. Tapi jika di wilayah Bunda baru ada Pap Smear biasa, itu juga sudah sangat membantu. nan krusial bukan jenis tesnya, tapi rutin alias enggaknya Bunda periksa.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)