Jakarta -
Kenaikan berat badan selama mengandung adalah perihal nan normal terjadi, Bunda. Namun, sayangnya banyak ibu mengandung alias bumil sering kali menerima komentar pedas seputar berat badannya selama mengandung janin.
Stigma pedas tentang berat bada pada bumil rupanya bisa memicu gangguan kehamilan. Studi mengungkap bahwa stereotip negatif tentang kenaikan berat badan selama dan setelah mengandung membikin wanita berisiko menjalani pemantauan ekstra meski tidak mempunyai aspek akibat lain.
Menurut sebuah studi dari Amerika Serikat nan diterbitkan di Jurnal Stigma and Health tahun 2020, wanita mengalami stigma berat badan dalam perawatan maternitas di nyaris setiap kunjungan ke tenaga medis. Hal tersebut juga diperkirakan terjadi di Australia, di mana lebih dari 50 persen wanita usia subur mempunyai tubuh nan lebih besar.
Stigma berat badan dapat berupa stereotip, sikap negatif, dan tindakan diskriminatif. Stigma ini juga terjadi di bagian perawatan kesehatan lain dan di masyarakat luas.
Dalam sebuah tinjauan nan diterbitkan tahun lalu, kami mengawasi stigma berat badan dari prakonsepsi hingga setelah melahirkan. Hasil kami menunjukkan wanita bertubuh besar terkadang secara otomatis dianggap berisiko tinggi dan menjalani pemantauan kehamilan ekstra meskipun mereka tidak mempunyai aspek akibat lain nan memerlukan pemantauan.
Stigma nan datang dari tenaga kesehatan
Terkadang stigma berat badan dapat berkarakter definitif alias disengaja. Misalnya, stigma merujuk pada sikap negatif tenaga kesehatan terhadap perawatan ibu mengandung nan berat badannya bertambah besar.
Stigma lainnya dapat berupa tuduhan terhadap ibu mengandung nan tidak jujur saat membahas asupan makanan mereka. Di lain waktu, tenaga kesehatan maternitas menghindari sentuhan bentuk alias kontan mata selama konsultasi dengan wanita berbadan besar.
Pakar Briony Hill dan Haimanot Hailu dari Monash University pernah mengkaji sebuah studi nan diterbitkan di Obesity Reviews tahun 2024. Studi ini berfokus pada stigma berat badan wanita dari prakonsepsi hingga setelah melahirkan. Hasilnya menunjukkan bahwa wanita berbadan besar terkadang secara otomatis diperlakukan sebagai berisiko tinggi. Mereka menjalani pemantauan ekstra selama kehamilan, meski tidak mempunyai aspek akibat lainnya.
Pendekatan tersebut dianggap bermasalah lantaran berfokus pada ukuran tubuh dan bukan kesehatan. Tak hanya itu, hasil studi juga menempatkan tanggung jawab pada wanita dan seolah-olah mengabaikan aspek penentu kesehatan kompleks lainnya.
Dalam bukti kualitatif di jurnal BMC Pregnancy and Childbirth tahun 2020 menunjukkan wanita nan mengalami stigma berat badan selama masa kehamilan merasa dihakimi, direndahkan, dipermalukan, dan kurang berharga. Mereka mungkin merasa bersalah lantaran mengandung hingga mulai mengalami keraguan bakal dirinya sendiri.
Selain membikin wanita merasa dipermalukan dan tidak dihormati, stigma berat badan juga dapat memengaruhi kesehatan mental. Misalnya, stigma berat badan dikaitkan dengan peningkatan akibat indikasi depresi dan stres, gangguan perilaku makan, dan gangguan makan secara emosional.
"Salah satu argumen utama kenapa stigma berat badan begitu merusak kesehatan ibu mengandung adalah lantaran perihal ini berangkaian erat dengan masalah gambaran tubuh," ungkap Hill dan Hailu, dilansir The Conversation.
Dampak komentar pedas soal berat badan pada bumil
Beberapa akibat jelek kehamilan dan persalinan juga telah dikaitkan dengan stigma berat badan dalam perawatan maternitas. Beberapa di antaranya termasuk glukosuria gestasional, persalinan caesar, dan rendahnya tingkat partisipasi menyusui, Bunda.
Mengalami stigma berat badan juga bisa memicu respons stres dalam tubuh, nan dapat memengaruhi kesehatan ibu selama kehamilan. Pada akhirnya, akibat jelek stigma berat badan dapat memengaruhi kesehatan bayi. Misalnya, glukosuria gestasional mempunyai beragam potensi akibat negatif, termasuk akibat kelahiran prematur, kesulitan saat melahirkan, dan peningkatan akibat anak terkena glukosuria jenis 2.
Perlu dicatat, beban dan kesalahan tidak semestinya dibebankan kepada ibu hamil. Bunda nan mengandung dan telah memasuki masa pasca persalinan tidak semestinya menerima stigma berat badan dalam jasa kesehatan.
Demikian pendapat mahir tentang komentar pedas soal berat badan pada bumil nan bisa picu gangguan kehamilan. Semoga info ini berfaedah ya, Bunda.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/pri)