Bilirubin adalah unsur berwarna kuning nan diproduksi tubuh ketika sel darah merah dipecah. Saat hamil, hati mengeluarkan bilirubin untuk bayi. Namun setelah lahir, hati bayi kudu mulai mengeluarkan bilirubin.
Jika hati bayi belum cukup berkembang, dia mungkin tidak dapat membuang bilirubin. Ketika bilirubin berlebih menumpuk, kulit bayi mungkin tampak kuning.
Ikterus alias penyakit kuning pada bayi baru lahir adalah warna kuning pada kulit bayi. Ikterus terjadi ketika bilirubin menumpuk dalam darah bayi. Hiperbilirubinemia adalah istilah medis untuk kondisi ini.
Ikterus pada bayi umum terjadi. Biasanya tidak serius dan bakal lenyap dalam beberapa minggu. Namun, krusial bagi master anak untuk memeriksakan bayi.
Berapa kadar bilirubin normal bayi?
The American Academy of Pediatrics menggunakan skema kadar bilirubin bayi baru lahir untuk menentukan apakah bayi memerlukan perawatan nan berangkaian dengan bilirubin. Bagan ini didasarkan pada kadar bilirubin serum total dan usia bayi .
Kadar bilirubin serum total (TSB) dikatakan melampaui normal pada bayi baru lahir apabila:
- Di atas 10 miligram pada bayi berumur kurang dari 24 jam
- Di atas 15 miligram pada bayi berumur 24 hingga 48 jam
- Di atas 18 miligram pada bayi berumur 49 hingga 72 jam
- Di atas 20 miligram pada bayi berumur lebih dari 72 jam.
Akibat jika bilirubin bayi tinggi
Dikutip dari NHS, pada bayi baru lahir dengan kadar bilirubin nan sangat tinggi dalam darah (hiperbilirubinemia), bilirubin dapat melewati lapisan tipis jaringan nan memisahkan otak dan darah (sawar darah-otak).
Bilirubin dapat merusak otak dan sumsum tulang belakang, nan dapat menakut-nakuti jiwa. Kerusakan otak nan disebabkan oleh kadar bilirubin nan tinggi juga disebut ensefalopati bilirubin.
Bayi mungkin berisiko mengalaminya jika:
- Memiliki kadar bilirubin nan sangat tinggi dalam darahnya
- Kadar bilirubin dalam darahnya meningkat pesat
- Tidak menerima pengobatan apapun.
6 Penyebab bilirubin tidak normal pada bayi
Ada beberapa penyebab bilirubin tidak normal pada bayi, dikutip dari Better Health berikut penyebabnya!
1. ASI
Payudara ibu menghasilkan sedikit ASI kolostrum dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan. Saat ASI belum mengalir deras, maka cairan nan diterima bayi bakal terbatas sehingga dapat memengaruhi kegunaan hatinya.
Enzim tertentu dalam ASI juga diduga berkontribusi terhadap 'penyakit kuning ASI', jenis penyakit kuning nan tidak rawan nan dapat berjalan selama beberapa minggu. Lanjutkan menyusui seperti biasa jika mengalami penyakit kuning ASI.
2. Ketidakcocokan golongan darah Rhesus (Rh) dan ABO
Ketika ibu dan bayi mempunyai golongan darah nan berbeda, ibu dapat menghasilkan antibodi nan dapat menyerang sel darah merah bayi selama tahap akhir kehamilan. Ini berfaedah bahwa kadar sel darah merah nan rusak lebih tinggi dari nan kudu dikeluarkan dari tubuh, nan pada gilirannya memicu kadar bilirubin tinggi. Bayi mungkin lahir anemia dan mengalami penyakit kuning parah dalam beberapa jam setelah lahir.
3. Anemia hemolitik
Ini bisa menjadi kelainan bawaan pada sistem kekebalan tubuh (penyakit autoimun), di mana sistem kekebalan tubuh bayi menghancurkan sel darah merah. Penyakit ini juga bisa menjadi komplikasi dari gangguan lain, seperti jangkitan serius (sepsis).
Pada kasus nan jarang terjadi, penyakit kuning dapat disebabkan oleh kondisi berikut:
1. Hepatitis neonatal (radang hati)
Beberapa virus dapat memicu hepatitis bayi termasuk sitomegalovirus, rubella, dan hepatitis A, B, dan C. Umumnya, tidak dapat mengidentifikasi virus spesifik nan menyebabkan hepatitis neonatal. Bayi dengan hepatitis neonatal mungkin telah terpapar jangkitan virus sebelum lahir, di dalam rahim, alias dalam sekitar satu bulan pertama kehidupan.
2. Galaktosemia
Galaktosa adalah gula susu. Kelainan langka ini terjadi ketika bayi kekurangan enzim nan dibutuhkan untuk memecah galaktosa. Kadar gula susu nan tinggi dapat merusak hati (menyebabkan peradangan dan jaringan parut). Kondisi ini awalnya muncul sebagai penyakit kuning.
3. Atresia bilier
Bilirubin dari hati biasanya mengalir ke 'saluran empedu', nan memungkinkan bilirubin dan produk lainnya terkumpul di kantong empedu sebelum mencapai usus dan dibuang. Pada atresia bilier, saluran-saluran ini tersumbat, rusak, alias tidak berkembang, lantaran argumen nan tidak diketahui. Tanpa saluran empedu, bilirubin menumpuk di hati dan menyebabkan indikasi penyakit kuning. Feses bayi (tinja) selalu sangat pucat.
Cara mengukur kadar bilirubin pada bayi
Dokter bakal memeriksa tanda-tanda penyakit kuning saat bayi tetap di rumah sakit. Kadar bilirubin bayi bakal mencapai titik tertinggi saat berumur tiga hingga lima hari. Penting bagi master bayi untuk memeriksanya kembali dalam jangka waktu ini.
Dokter dapat memperkirakan kadar bilirubin bayi dengan memasang probe di kepala bayi. Tes ini menunjukkan kadar bilirubin transkutan (TcB). Jika kadarnya tinggi, master bakal meminta tes darah untuk memastikan hasilnya. Mereka bakal menusuk tumit bayi untuk mengambil sedikit sampel darah. Tes darah bakal menunjukkan kadar bilirubin serum total (TSB).
Berapa lama bayi kuning kembali normal?
Pengobatan untuk penyakit kuning pada bayi baru lahir biasanya tidak diperlukan lantaran gejalanya biasanya lenyap dalam 10 hingga 14 hari, meskipun terkadang dapat berjalan lebih lama.
Perawatan biasanya hanya disarankan jika tes menunjukkan kadar bilirubin nan sangat tinggi dalam darah bayi. Hal ini lantaran terdapat akibat mini bilirubin dapat masuk ke otak dan menyebabkan kerusakan otak.
Ada dua perawatan utama nan dapat dilakukan di rumah sakit untuk menurunkan kadar bilirubin bayi dengan cepat. Perawatan tersebut meliputi:
- Fototerapi, jenis sinar unik nan menyinari kulit, nan mengubah bilirubin menjadi corak nan lebih mudah dipecah oleh hati.
- Transfusi tukar, di mana darah bayi dikeluarkan menggunakan tabung tipis (kateter) nan dimasukkan ke dalam pembuluh darahnya dan diganti dengan darah dari donor nan cocok; sebagian besar bayi merespons perawatan dengan baik dan dapat meninggalkan rumah sakit setelah beberapa hari.
Perawatan penyakit kuning pada bayi
Perawatan untuk kondisi umum nan menyebabkan penyakit kuning dapat meliputi:
- Penyakit kuning fisiologis: seringkali tidak memerlukan perawatan, terkadang diperlukan fototerapi.
- Penyakit kuning akibat ASI: pemberian ASI kudu dilanjutkan. Fototerapi terkadang diperlukan dalam beberapa hari pertama dan biasanya tidak diperlukan perawatan setelahnya.
- Perbedaan golongan darah: antibodi nan dibuat oleh ibu dapat tetap aktif dalam sistem bayi selama beberapa minggu. Terkadang diperlukan fototerapi nan lebih lama.
Perawatan untuk kondisi langka nan menyebabkan penyakit kuning dapat meliputi:
- Anemia hemolitik: pengobatan tergantung pada penyebabnya. Misalnya, pengobatan untuk anemia hemolitik nan disebabkan oleh jangkitan malaria meliputi obat anti-malaria.
- Hepatitis neonatal: tidak ada perawatan medis khusus. Pilihan pengobatan dapat meliputi suplemen vitamin dan mineral, alias obat untuk meningkatkan aliran bilirubin melalui saluran empedu.
- Galaktosemia: Perawatan utama adalah memastikan makanan bayi tidak mengandung galaktosa alias laktosa (gula susu lainnya).
- Atresia bilier: Perawatan melibatkan pembedahan untuk menghubungkan bagian hati ke usus (usus halus) agar bilirubin dan produk lainnya dapat mengalir secara efektif.
Demikian ulasan mengenai perawatan bayi kuning akibat bilirubin tinggi. Semoga informasinya membantu ya, Bunda!
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)