Ingin Mulai Program Hamil Setelah Operasi Transplantasi Ginjal? Waspadai Risiko Ini!

Sedang Trending 4 hari yang lalu

Jakarta -

Kehamilan adalah hidayah nan sangat dinantikan oleh banyak perempuan, termasuk mereka nan pernah menjalani transplantasi ginjal. Kabar baiknya, kehamilan tetap memungkinkan terjadi setelah transplantasi, apalagi dengan kesempatan nan lebih baik dibandingkan saat pasien tetap menjalani dialisis

Namun, menjalani program kehamilan setelah transplantasi ginjal tetap mempunyai sejumlah risiko. Oleh lantaran itu, diperlukan perencanaan nan matang serta pendampingan dari tenaga medis agar kesehatan Bunda dan janin tetap terjaga.

Dikutip dari laman National Kidney Foundation, kesuburan pada wanita bisa kembali cukup sigap usai menjalani transplantasi ginjal. Karena itu, krusial bagi wanita nan berencana mengandung untuk terlebih dulu berbincang dengan tim transplantasi dan master ahli kandungan, terutama master nan menangani kehamilan berisiko tinggi alias dikenal dengan julukan Maternal Fetal Medicine (MFM).

Artikel ini bakal membahas beragam akibat dan langkah krusial nan perlu Bunda pahami sebelum memulai program kehamilan setelah menjalani transplantasi ginjal.

Risiko kehamilan setelah transplantasi ginjal

Perempuan nan sudah menjalani transplantasi ginjal bisa mengalami kehamilan nan sehat, namun tetap berisiko tinggi jika tidak direncanakan dengan baik. Masih mengutip laman National Kidney Foundation, kehamilan biasanya kondusif jika kegunaan ginjal sudah stabil, tekanan darah terkontrol, dan obat penekan imun telah disesuaikan dengan kondisi tubuh.

Karena itu, sebaiknya tunggu minimal satu tahun setelah menjalani transplantasi ginjal sebelum mulai merencanakan kehamilan.

Beberapa akibat nan mungkin terjadi antara lain:

  • Preeklampsia, ialah tekanan hipertensi nan hanya terjadi saat hamil.
  • Persalinan prematur alias bayi lahir sebelum usia 37 minggu.
  • Berat badan bayi rendah saat lahir.
  • Kelahiran melalui operasi caesar, nan lebih sering terjadi pada penerima transplantasi.

Risiko ini bakal lebih besar jika ibu tetap mengonsumsi obat tertentu seperti CellCept, Myfortic, dan turunannya. Obat-obatan ini bisa meningkatkan akibat keguguran dan abnormal lahir.

Oleh lantaran itu, master biasanya bakal mengganti obat dengan pilihan nan lebih kondusif sekitar enam minggu sebelum program kehamilan dimulai.

Tidak hanya itu, melansir dari laman UC News, studi dari University of Cincinnati College of Medicine juga menemukan bahwa penerima transplantasi ginjal nan mengandung melalui teknologi reproduksi berbantu (Assisted Reproductive Technology/ART) seperti IVF, mempunyai akibat lebih tinggi terhadap komplikasi.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi reproduksi berbantu (ART) pada penerima transplantasi ginjal dapat meningkatkan akibat tekanan hipertensi saat hamil, persalinan dini, dan berat badan lahir bayi nan rendah.

Meski begitu, tidak ada perbedaan dalam tingkat kelangsungan hidup bayi maupun kegunaan ginjal hasil transplantasi.

“Temuan ini menjadi langkah krusial dalam mendampingi pasien transplantasi ginjal nan berencana mengandung dengan support teknologi kesuburan,” jelas Dr. Silvi Shah, mahir ginjal sekaligus peneliti utama studi tersebut.

Langkah kondusif untuk merencanakan kehamilan

Jika Bunda pernah menjalani transplantasi ginjal dan berencana mempunyai momongan, krusial untuk melalui langkah-langkah berikut:

  • Konsultasikan dengan tim transplantasi dan master kandungan ahli MFM. Mereka bakal mengevaluasi kondisi ginjal, tekanan darah, dan obat nan digunakan.
  • Stabilkan kegunaan ginjal dan tekanan darah. Hamil saat ginjal belum stabil bisa meningkatkan akibat komplikasi, apalagi kegagalan ginjal.
  • Tinjau ulang obat nan dikonsumsi. Beberapa obat perlu diganti sebelum kehamilan untuk menghindari akibat pada janin.
  • Pertimbangkan metode kehamilan. Jika kesuburan belum kembali, ART seperti fertilisasi buatan alias IVF bisa menjadi pilihan, meski kudu dilakukan dengan pengawasan ketat.
  • Rutin memeriksakan kehamilan. Selama masa kehamilan, ibu bakal menjalani pemantauan ketat seperti tes darah rutin dan penyesuaian dosis obat sesuai pertumbuhan janin dan kenaikan berat badan.
  • Pertimbangkan akibat menyusui. Sebagian besar obat imunosupresif seperti tacrolimus dan prednisone dinilai aman, namun kudu tetap dikonsultasikan.

Dengan perencanaan dan pendampingan medis nan tepat, kehamilan setelah transplantasi ginjal bukan lagi perihal nan mustahil. Banyak wanita sukses mempunyai kehamilan nan sehat, apalagi beberapa di antaranya melahirkan lebih dari satu anak.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Selengkapnya