Maros -
86Beberapa kali Nenek Syamsiah (48) meringis kesakitan lantaran telunjuk kanannya bengkak dan membiru akibat luka diabetes. Dia pun telah meminum obat dari puskesmas sembari membalurinya dengan tanaman herbal agar lukanya mengering.
"Dulu, belakangku ini berlubang dari satu kulit ke kulit lain dan tangan saya ini nan paling parah. Ini baru-baru saja sembuh tapi ini tidak sakit tapi telunjuk tanganku ini sangat sakit sekali," keluhnya menahan nyeri.
Luka ini membikin Nenek Syamsiah tak bisa beraktivitas sehari-hari. Kepalanya pun pusing padahal dia adalah penjahit nan memerlukan tangan untuk bekerja.
Bukan hanya memutus nafkahnya, nyatanya keluhan luka glukosuria membikin dia kesulitan mengurus anak semata wayangnya nan alami keterbelakangan.
Indra, anak Syamsiah, sudah berumur 26 tahun. Sejak lahir jalannya sudah terseok seok lantaran corak kakinya tak normal dan juga tak bisa berbincang lancar.
"Tidak tahu juga (semua perintah). Kayak anak-anak dan tak pernah dibawa ke dokter," tutur Nenek Syamsiah.
Nenek Syamsiah/ Foto: berbuatbaik
Hidup Nenek Syamsiah semakin miris sepeninggal suaminya. Dia pernah diusir dari kontrakan lantaran menunggak hingga hidup luntang lantung mengemper di jalan. Sampai suatu hari seseorang meminjamkan lahan nan dibangun rumah seadanya dengan genting dan tembok berupa seng dan kayu.
Soal makan pun tak ada dalam kamusnya menyantap nasi 3 kali sehari. Dia pernah tidak memegang duit Rp 1000 rupiah di kantongnya hingga kudu memperkuat hidup dalam kelaparan.
Itu terjadi saat dirinya sakit dan tak bisa bekerja. Bagi Nenek Syamsiah kelaparan adalah kawan karibnya hanya dia begitu mengkhawatirkan perut sang anak. Sambil menangis Nenek Syamsiah pun menceritakan kembali momen pilu itu.
"Tapi saya cemas memandang keadaanku begini berdiri pun tidak bisa, saya kudu cari duit gimana dan saya hanya bisa menangis terus lantaran saya mau sekali cari duit tapi saya tidak bisa jika keadaanku begini dan saya kudu bawa kemana anakku," sembari berurai air mata.
Terkadang, Nenek Syamsiah pun menyuruh Indra mengganjal perutnya dengan tanaman singkong dan ubi nan tumbuh di belakang rumahnya tanpa nasi.
Nenek Syamsiah/ Foto: berbuatbaik
"Saya mengatakan kepada anak, "jangan ribut nak,tahan ya nak" saya langsung meminta anak saya untuk mengambil daun ubi dan memasaknya untuk dipakai makan,"
"Adapun nan berikan saya beras, saya hanya bisa meminta anak saya untuk mengambil kayu untuk masak menggunakan kayu bakar dan dilapisi seng jejak lantaran tidak ada gas," ceritanya sembari mengurut dada.
Bagi Nenek Syamsiah tak ada nan lebih berbobot dari sang anak. Dia mau perut anaknya tetap terisi meski hanya makan apa adanya. #sahabatbaik besar angan Nenek Syamsiah mendapatkan pertolongan dan hidup layak. Kamu bisa menjadi pahlawan untuk nenek ini. Caranya mudah cukup klik Donasi dan berikan rezeki untuknya menjalani hidup. Donasi di berbuatbaik.id, 100% tersalurkan.
(mul/ziz)