Anak Suka Pilih-pilih Makanan, Picky Eater Atau Selective Eater?

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Mengenalkan makanan pada anak adalah tahap nan mungkin cukup membikin setiap orang tua merasa tertantang. Mungkin sebagian percaya pada anak bahwa mereka bakal menyukai aktivitas makan. Namun, ada juga nan cemas gimana jika anak tidak menyukai aktivitas makan alias pilih-pilih makanan?

Pada umumnya, perihal tersebut adalah perihal nan normal dan wajar dialami setiap orang tua. Namanya juga masa pengenalan makanan pada anak, pasti bakal ada trial and error bagi orang tua.

Namun, Bunda juga perlu mengetahui apakah anak pilih-pilih makanan lantaran asing dengan makanan baru (picky eating) alias justru sama sekali menolak makanan untuk dimakan selain jenis tertentu (selective eating).

Bagaimana langkah membedakan anak nan rupanya picky eater alias selective eater? Simak penjelasan lengkapnya dalam tulisan ini, Bunda.

Penyebab anak pilih-pilih makanan 

Mengutip Solid Starts, berasas penelitian, terdapat empat penyebab utama anak pilih-pili makanan:

  1. Karakteristik anak tertentu, termasuk masalah medis, perbedaan alias disabilitas perkembangan saraf, dan temperamen menempatkan anak pada akibat nan lebih tinggi.
  2. Praktik dan style pengasuhan nan cemas, mengontrol, dan/atau permisif.
  3. Pengalaman makan nan negatif.
  4. Kurangnya paparan terhadap tekstur, rasa, dan praktik mengunyah pada usia-usia penting.

Dari keempat penyebab utama ini, tiga di antaranya dapat diatasi untuk mencegah alias memperbaiki pilih-pilih makanan. Beberapa anak bakal tetap menjadi picky eater, tetapi banyak nan tidak bakal demikian jika kita mengambil langkah-langkah bijak saat memulai pemberian makanan padat dan pemberian makan pada masa balita.

Picky eater vs selective eater, apa perbedaannya?

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak disebut picky eater berfaedah anak mau mengonsumsi beragam jenis makanan baik nan sudah maupun nan belum dikenalnya tapi menolak mengonsumsi dalam jumlah nan cukup. Selain jumlah nan tidak cukup, mereka juga memilih-milih makanan ketika berasosiasi dengan rasa dan tekstur makanan.

Meskipun pilih-pilih makanan, anak nan picky eater tetap mau mengonsumsi minimal satu macam makanan dari setiap golongan karbohidrat, protein, sayur/buah dan susu. Misalnya, anak tidak mau makan nasi, tapi dia tetap mau makan roti alias mi, Bunda.

Sebaliknya, mengutip dari laman West Virginia University, selective eater mempunyai keengganan terhadap lebih banyak makanan, alias mempunyai keengganan nan tidak biasa. Misalnya, selective eater mungkin menghindari semua sereal, semua daging, semua makanan dingin, semua makanan berwarna merah, semua makanan renyah, semua buah dan sayur, dll.

Seorang anak nan makan tidak lebih dari 5 makanan juga dianggap sebagai selective eater. Pola makan selektif makanan nan umum mungkin hanya mencakup piza, nugget ayam, susu, dan tidak ada nan lain. nan menjadi peringatan bagi orang tua adalah selective eater dapat mengakibatkan anak berisiko mengalami defisiensi makro alias mikronutrien tertentu.

Tips mengatasi anak picky eater dan selective eater

Ada beberapa tips mengatasi anak picky eater dan selective eater. Mengutip laman Children's Hospital of Philadelphia (CHOP), berikut tipsnya:

Ingatlah bahwa pilih-pilih makanan seringkali normal dalam perkembangan

Anak-anak di seluruh bumi mengalami fase pilih-pilih makanan dari usia sekitar 2-4 tahun. Menurut direktur klinis Klinik Perilaku Kecemasan dan Klinik Pemakan Pilih-pilih di Departemen Psikiatri Anak dan Remaja serta Ilmu Perilaku CHOP, Katherine Dahlsgaard, PhD, ABPP, memilih makanan adalah sebagian berasal dari dorongan protektif bawaan pada seorang anak.

"Ketika seorang balita bisa berkeliaran tanpa pengawasan pengasuh dan berpotensi mengambil sesuatu dari tanah untuk dimasukkan ke mulutnya, alam telah menanamkan dalam dirinya rasa waspada nan mengatakan, 'Ini 'makanan' baru, dan saya tidak bakal menyukainya,'" ujarnya.

Jangan salahkan diri sendiri

Kebanyakan pilih-pilih makanan tidak dapat dijelaskan oleh pola asuh nan buruk. Buktinya adalah banyak anak nan pilih-pilih makanan mempunyai kerabat kandung nan makan dengan baik.

"Jadi saya memberi tahu orang tua bahwa anak mereka mungkin lahir dengan otak nan lebih kaku dalam mencoba makanan baru. Saya meminta orang tua dari anak-anak nan pilih-pilih makanan untuk sedikit bersimpati pada diri mereka sendiri tentang sungguh frustrasinya perihal itu," kata Dahlsgaard.

Jangan menyerah pada makanan baru

Cobalah berulang kali. Penelitian menunjukkan bahwa dibutuhkan 8 hingga 15 kali untuk memperkenalkan makanan baru sebelum anak Anda menerimanya. Namun, orang tua biasanya menawarkan makanan tiga hingga lima kali sebelum memutuskan bahwa anak mereka tidak bakal pernah menyukainya.

Pastikan anak datang ke meja makan dalam keadaan lapar

Seringkali, orang tua apalagi tidak menyadari seberapa sering anak mereka makan dan minum. Untuk mengatasi anak nan berada di fase ini, mintalah anak menunggu dua jam antara waktu camilan dan waktu makan, dan satu jam antara waktu minum dan waktu makan.

Tetapkan batas seputar makanan dan bicaralah dengan nada nan tenang

Bunda tidak perlu berteriak alias menunjukkan emosi dulu. Jika anak tidak memakannya, jangan bereaksi, tetapi berikan konsekuensi. Jika tidak makan besar, maka tidak ada hidangan penutup seperti es krim.

Jangan takut untuk meminta bantuan

Anak-anak nan sangat pemilih dalam perihal makanan mungkin memerlukan support tambahan dari seorang ahli untuk mengatasi keterbatasan pilihan makan mereka. Sebelum usia 15 tahun, anak-anak seringkali tidak termotivasi untuk berubah.

Cara mencegah anak picky eater dan selective eater

Ada beberapa langkah nan baik untuk mencegah anak menjadi picky eater dan selective eater. Berikut caranya, seperti dikutip dari Better Health!

  • Jadilah panutan alias role model nan baik. Makanlah beragam makanan sendiri dan makanlah berbareng anak.
  • Mintalah anak untuk membantu menyiapkan makanan. Mereka condong bakal makan makanan nan telah mereka bantu siapkan.
  • Buatlah kebiasaan makan nan teratur, seperti selalu mendudukkan anak di bangku makan alias makan di meja nan sama.
  • Tawarkan beragam makanan berwarna-warni di piring dan biarkan anak memilih apa nan bakal mereka makan. Sajikan makanan dengan menarik.
  • Dorong anak untuk makan sendiri dan mengeksplorasi makanan menggunakan tangan mereka sejak usia dini. Jangan cemas tentang makanan nan berantakan. Anak-anak belajar tentang makanan melalui sentuhan dan juga rasa.
  • Tawarkan makanan pengganti dari setiap golongan makanan. Misalnya, jika anak tidak suka keju, mereka dapat makan yogurt.
  • Di akhir makan (tidak lebih dari 20–30 menit), ambil piring anak Jika mereka belum makan banyak, tawarkan mereka camilan sehat sedikit lebih lambat, alias tunggu sampai waktu makan berikutnya.
  • Dorong anak untuk makan sendiri. Pastikan Bunda menyediakan camilan sehat. Selalu awasi mereka saat makan untuk menghindari akibat tersedak. Dorong mereka untuk makan sembari duduk, jangan berlarian.

Demikian ulasan mengenai perbedaan anak selective eater alias picky eater. Pastikan ibu sudah menjadi role model nan mau makan apa saja dan tidak menjadi pemilih makanan.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Selengkapnya