Jakarta -
Cokelat, es krim, dan permen memang jadi camilan favorit banyak anak. Namun tahukah Bunda, asupan gula berlebihan bisa memengaruhi kondisi bentuk dan emosional Si Kecil?
Anak nan terlihat aktif dan ceria bisa jadi menyimpan tanda-tanda kelebihan gula. Sayangnya, indikasi ini sering tidak disadari lantaran tampak seperti perihal biasa.
Dikutip info World Health Organization (WHO), bahwa konsumsi gula tambahan pada anak sebaiknya tidak melampaui 10 persen dari total daya harian. Bahkan, WHO menyarankan pemisah maksimal idealnya adalah 5 persen agar faedah kesehatannya lebih optimal.
Kelebihan gula bisa berakibat pada perilaku hingga kualitas tidur anak. Oleh lantaran itu, krusial Bunda untuk mengenali tanda-tandanya sejak awal agar bisa segera mengambil tindakan.
Apa nan terjadi jika anak terlalu banyak mengonsumsi gula?
Saat anak terlalu sering makan makanan manis, tubuh mereka bakal menyimpan kelebihan kalori sebagai lemak. Jika terus dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan berat badan naik dan berisiko terbawa hingga remaja, apalagi dewasa.
Dampaknya, anak lebih rentan terkena beragam penyakit, salah satunya obesitas. Selain itu, ada juga nan beranggapan bahwa gula bisa bikin anak jadi lebih aktif dan susah fokus.
Dikutip dari laman BBC, terlalu banyak gula bisa menyebabkan kerusakan gigi, nan menjadi salah satu penyebab utama anak-anak usia 6 hingga 10 tahun. Hal ini termasuk masalah nan cukup serius lantaran bisa membikin anak kesulitan makan, tidur, apalagi berbicara.
Berapa banyak gula nan kondusif dikonsumsi anak?
Meskipun anak boleh saja mengonsumsi sedikit gula tambahan, bukan berfaedah makanan dan minuman manis bisa jadi bagian dari menu sehari-hari. Dikutip dari BBC, bahwa sebaiknya makanan tinggi gula hanya diberikan sesekali sebagai camilan spesial, bukan kebiasaan harian.
Bunda perlu tahu, makanan manis biasanya minim unsur gizi krusial seperti vitamin, mineral, dan serat. Kalau terlalu sering dikonsumsi, makanan manis bisa menggantikan makanan bergizi nan dibutuhkan anak untuk tumbuh kembangnya.
Kebiasaan terlalu sering memberi Si Kecil makanan bergula tinggi juga bisa membentuk pola makan nan tidak sehat. Lama-lama, anak bisa jadi lebih suka rasa manis dan menolak makanan sehat nan rasanya lebih alami.
Supaya tetap aman, Bunda disarankan membatasi asupan free sugar sesuai pedoman ahli. Dengan begitu, anak tetap bisa menikmati rasa manis sesekali tanpa mengorbankan kebutuhan nutrisinya.
Tanda-tanda tubuh anak kelebihan gula
Ilustrasi/Foto: Getty Images/Teerasak1988
Mengutip dari laman Everyday Health, bahwa terlalu banyak konsumsi gula bisa berakibat nyata pada tubuh Si Kecil. Tidak hanya memengaruhi fisik, tapi juga emosi dan perkembangan kognitif anak.
1. Lapar terus dan berat badan naik
Gula tidak memberi rasa kenyang seperti protein alias lemak. Hal ini membikin anak mudah lapar dan mau ngemil terus tanpa henti.
Orang tua perlu waspada jika anak sigap lapar padahal baru selesai makan. Bisa jadi itu sinyal tubuhnya kekurangan asupan bergizi seimbang lantaran terlalu banyak konsumsi gula tambahan.
2. Mudah marah alias sensitif
Lonjakan gula darah nan sigap lampau turun drastis bisa membikin emosi Si Kecil jadi tidak stabil. Hal ini sering terlihat dari anak nan mudah kesal, tantrum, alias menangis tanpa karena jelas.
Bunda bisa memperhatikan perubahan suasana hati anak nan terlalu naik turun dalam waktu singkat. Konsumsi gula berlebihan memang bisa memicu peradangan di tubuh dan turut memengaruhi kestabilan mood si kecil.
3. Gangguan tidur
Terlalu banyak konsumsi gula bisa membikin anak kesulitan tidur nyenyak di malam hari. Tubuhnya tetap aktif dan susah tenang meski sudah waktunya istirahat.
Kalau anak sering resah saat tidur alias mudah terbangun tengah malam, Bunda bisa periksa kembali asupan manis nan dikonsumsi di siang hari. Hal ini lantaran kandungan gula nan tinggi dapat mengacaukan ritme alami tidur tubuh anak.
4. Masalah pencernaan
Gula bisa mengiritasi saluran cerna dan memperparah kondisi seperti perut kembung alias diare. Hal ini sering tidak disadari sebagai pengaruh samping dari pola makan.
Bunda bisa memperhatikan jika anak sering mengeluh sakit perut alias tidak nyaman setelah makan. Bisa jadi itu tanda sistem pencernaannya sedang terganggu oleh asupan manis berlebihan.
5. Sulit konsentrasi alias konsentrasi
Kelebihan gula bisa memicu peradangan di otak dan menurunkan keahlian berpikir jernih. Si Kecil bisa terlihat lebih susah menangkap pelajaran alias mudah terdistraksi.
Jika anak terlihat susah konsentrasi saat belajar alias bermain, Bunda bisa pertimbangkan jumlah gula harian nan dikonsumsinya. Hal tersebut lantaran pola makan manis bisa berakibat pada kegunaan kognitif anak.
6. Gigi berlubang
Bakteri di mulut anak sangat menyukai gula sebagai sumber energi. Jika terlalu sering mengonsumsi makanan manis, akibat gigi berlubang dan radang gusi bakal meningkat.
Bunda sebaiknya memperhatikan apakah anak sering mengeluh nyeri gigi alias ada noda hitam di gigi. Kondisi ini bisa jadi tanda bahwa asupan gula harian terlalu tinggi dan kebersihan gigi kurang terjaga.
7. Lelah dan lemah energi
Gula memang bisa memberikan ledakan daya dalam waktu singkat, tetapi efeknya tidak memperkuat lama. Setelah lonjakan itu reda, anak bisa merasa lemas, lesu, apalagi mengantuk.
Kalau anak tampak sigap capek usai makan makanan manis, Bunda patut curiga. Bisa jadi itu indikasi sugar crash, di mana tubuh mengalami penurunan daya setelah pengaruh gula menghilang.
8. Makanan terasa kurang manis
Kalau otak anak sudah terbiasa dengan rasa manis nan kuat, makanan sehat seperti sayur alias buah bisa terasa tawar baginya. Hal ini membikin anak condong pilih-pilih dan menolak makanan bergizi.
Bunda bisa memandang tandanya saat anak bilang sayur alias buah "Enggak enak". Tak hanya itu, konsumsi gula nan terlalu sering dapat mengubah selera makan anak secara bertahap.
9. Ngidam makanan manis
Gula dapat merangsang otak untuk melepaskan dopamin, ialah hormon nan menimbulkan rasa senang dan nyaman. Karena itulah, anak bisa merasa sangat menikmati makanan manis.
Kalau Si Kecil mulai resah alias rewel saat tidak ada makanan manis, itu bisa jadi tanda awal kecanduan gula. Dalam perihal ini, Bunda perlu mulai mengatur ulang pola makan anak secara bertahap.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ndf/fir)