Tak Hanya Bunda, Otak Dan Tubuh Ayah Juga Alami Perubahan Setelah Punya Anak

Sedang Trending 21 jam yang lalu

Jakarta -

Menjadi Ayah bukan hanya soal menafkahi alias melindungi keluarga. Di kembali semua kesibukan dan tanggung jawab, peran sebagai orang tua justru memberikan akibat positif bagi kesehatan otak.

Studi terbaru apalagi menunjukkan, bahwa Ayah nan aktif mengasuh anak bisa mengalami peningkatan kegunaan kognitif nan signifikan. Hal ini membuktikan bahwa peran Ayah berakibat baik bagi kondisi mentalnya.

Dilansir dari laman Business Standard, studi nan dimuat dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) meneliti 37.000 orang dewasa. Hasilnya mengungkap bahwa menjadi orang tua rupanya bisa memberikan banyak faedah positif bagi kesehatan otak, terutama jika terlibat aktif dalam pengasuhan.

Hal ini terlihat dari meningkatnya aktivitas otak para Ayah, khususnya di bagian nan mengatur gerakan, sensasi, dan hubungan sosial. Ini berarti, bahwa pengasuhan juga dapat memperkuat kesehatan Ayah itu sendiri.

Penelitian ungkap Ayah nan aktif mengasuh anak alami perubahan otak nan signifikan

Selama ini, sebagian besar studi pengasuhan konsentrasi pada Bunda lantaran peran biologisnya nan jelas. Namun, studi ini juga melibatkan lebih dari 17.000 laki-laki untuk memandang akibat serupa pada Ayah.

Hasilnya mengejutkan bahwa mengasuh anak memberikan pengaruh protektif terhadap penuaan otak bagi laki-laki juga. Artinya, peran aktif Ayah di rumah bukan hanya berfaedah bagi anak, tetapi juga memperkuat kesehatan otak mereka sendiri.

Menurut guru besar psikiatri di Rutgers Center for Advanced Human Brain Imageing Research, Avram Holmes, bahwa mengasuh anak bisa meningkatkan konektivitas otak. Semakin banyak anak nan diasuh, maka semakin besar pula peningkatannya.

"Semakin banyak anak nan diasuh, semakin tinggi konektivitas otak terutama di area nan mengatur pergerakan dan hubungan sosial," jelasnya.

Perubahan hormon bikin Ayah lebih peka dan penyayang

Menjadi seorang Ayah dapat membawa perubahan hormonal nan besar, terutama penurunan testosteron nan mendadak. Penurunan ini bukanlah perihal nan buruk, justru membantu laki-laki menjadi lebih sabar, empatik, dan siap terhubung emosional dengan anak.

"Testosteron tinggi memang berfaedah untuk mencari pasangan, tapi ketika menjadi Ayah, kadar nan lebih rendah membantu laki-laki lebih peka terhadap anak-anak mereka," kata penulis The Life of Dad: The Making of the Modern Father, dr Anna Machin, dikutip dari BBC, Selasa (29/07/2025). 

Dampaknya bisa Bunda lihat sendiri dalam keseharian di rumah. Banyak Ayah nan berubah menjadi lebih sabar dan tenang saat menghadapi anak nan tantrum alias bayi nan menangis.

Menurut dr. Anna, penurunan hormon ini juga membikin laki-laki menjadi lebih sensitif terhadap tangisan bayi. Mereka pun lebih mudah merespons dengan rasa resah daripada marah, sehingga memunculkan pola pengasuhan nan lebih lembut.

"Laki-laki dengan testosteron rendah jadi lebih sensitif terhadap tangisan bayi dan lebih mudah merespons dengan cemas, bukan marah," tambah Anna.

Selain itu, kadar testosteron nan menurun turut membuka ruang bagi hormon oksitosin dan dopamin untuk bekerja lebih efektif. Kedua hormon ini memainkan peran krusial dalam membangun ikatan emosional nan kuat antara Ayah dan anak.

Bermain dengan Ayah bikin anak lebih senang dan tangguh

Kapan Bayi Mulai Mengenali Ayah? Ini Jawaban Dokter AnakIlustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Sirikornt

Ikatan antara Ayah dan anak terbentuk kuat lewat bermain. Permainan bentuk seperti mengangkat anak, mengejar-ngejar, alias tertawa berbareng memicu lonjakan hormon kebahagiaan bagi keduanya.

"Kalau ada satu perihal nan bisa ayah lakukan untuk bonding dengan anak, itu adalah bermain," kata dr. Anna Machin.

Menurut dr. Anna, bermain berbareng Ayah membantu membentuk karakter anak agar lebih handal secara emosional. Anak nan terbiasa bermain bentuk dengan ayahnya biasanya mempunyai ketahanan mental nan lebih kuat.

Tak hanya itu, anak juga jadi lebih siap menghadapi kegagalan dan tantangan sejak dini. Kedekatan ini menjadi bekal krusial dalam perkembangan sosial dan emosional anak ke depannya.

Perubahan otak Ayah menjadi bukti bahwa laki-laki juga siap jadi orang tua

Perubahan tidak hanya terjadi pada hormon, tetapi juga secara bentuk pada otak laki-laki setelah menjadi Ayah. Area otak luar nan berkedudukan dalam fokus, perencanaan, dan pemecahan masalah mengalami peningkatan nan signifikan.

Tak hanya itu, bagian bawah sadar otak nan bekerja dalam perihal mendeteksi akibat juga menjadi lebih aktif. Hal ini membikin Ayah lebih waspada terhadap beragam ancaman nan bisa menakut-nakuti anak, apalagi dalam situasi sederhana sekalipun.

Menurut dr. Anna, pemahaman ini sangat krusial agar para Ayah merasa lebih percaya diri dalam menjalankan perannya. Sebab, banyak laki-laki nan menganggap, bahwa Bunda adalah satu-satunya panutan utama dalam pengasuhan anak.

Padahal, pada kenyataannya laki-laki juga secara biologis telah dipersiapkan untuk menjadi orang tua. Mereka bisa membentuk ikatan emosional nan kuat dengan anak melalui perubahan nan terjadi di dalam otaknya.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

Selengkapnya