Jakarta -
Pernikahan nan sukses berjuntai pada komunikasi nan sehat dan saling mendengarkan. Namun, tidak jarang pasangan suami-istri mengalami masa-masa ketika berbincang satu sama lain menjadi tantangan.
Kurang mendengarkan pasangan dapat terus bersambung menjadi masalah serius, itu bisa menjadi tanda bahwa pernikahan sedang terancam.
Untungnya, ada beragam langkah untuk mengatasi masalah ini dan membikin Bunda dan pasangan kembali merasa saling didengarkan, didukung, serta terhubung.
10 Penyebab suami istri tidak saling berbicara
Komunikasi adalah tanggung jawab bersama, dan tidak seorang pun boleh merasa kudu melakukan semua pekerjaan sendirian.
Jika suami tidak berbincang dengan Bunda, krusial untuk mempertimbangkan bukan hanya alasannya menarik diri, tetapi juga gimana kedua pasangan dapat bekerja sama untuk membantun kembali hubungan.
Berikut beberapa kemungkinan argumen pasangan tidak saling berbincang dan apa nan bisa dilakukan untuk mengatasinya:
1. Kelelahan lantaran stres
Tekanan pekerjaan, masalah keuangan, dan tanggung jawab sehari-hari bisa terasa sangat membebani. Jika stres menjadi penyebabnya, mungkin salah satu dari Bunda dan suami tidak punya daya untuk berinteraksi.
Menghindari komunikasi tidak bakal membantu kedua pasangan. Menemukan cara-cara mini untuk saling menanyakan kabar, apalagi di saat-saat nan menegangkan, dapat membikin komunikasi terasa lebih mudah.
2. Tidak tahu gimana langkah mengungkapkan perasaannya
Tidak semua orang belajar gimana mengomunikasikan emosi secara terbuat. Jika mengungkapkan pikiran dan emosi tidak pernah dianjurkan, tak bersuara mungkin terasa seperti pilihan nan paling aman.
Namun, hubungan memerlukan komunikasi, dan menghindari emosi hanya bakal menyebabkan lebih banyak kesalahpahaman.
Mencari langkah untuk meningkatkan komunikasi, baik melalui refleksi diri, terapi, alias praktik, dapat membikin perbedaan.
3. Pasangan merasa diabaikan
Dilansir dari laman Marriage, ketika seseorang merasa ucapannya terus-menerus disela, diabaikan, alias disalahpahami, dia mungkin berakhir berupaya komunikasi. Namun, kedua pasangan perlu merenungkan apakah mereka betul-betul mendengarkan satu sama lain.
Menciptakan ruang bagi kedua bunyi untuk diakui dan dihormati adalah kunci untuk memecah keheningan.
4. Menghindari konflik
Beberapa orang memandang percakapan nan susah sebagai konfrontasi, alih-alih kesempatan untuk menyelesaikan masalah.
Namun, menghindari masalah tidak serta merta menghilangkannya, sering kali justru memperburuk keadaan. Mendorong percakapan nan terbuka dan tenang tanpa menyalahkan dapat membantu mengubah pola ini.
5. Menyimpan dendam
Konflik nan tak terselesaikan, pertengkaran di masa lalu, alias rasa frustrasi nan tak terucapkan dapat menciptakan jarak emosional.
Jika keheningan terus berlanjut, itu mungkin menjadi pertanda bahwa ada sesuatu nan lebih dalam nan perlu dibahas. Namun, alih-alih menarik diri, dia perlu mengomunikasikan apa nan mengganggunya.
6. Merasa dikritik alias dihakimi
Tak seorang pun suka terus-menerus dikoreksi alias dikritik, meskipun tidak disengaja. Namun, menghindari percakapan untuk menghindari ketidaknyamanan bukanlah solusi nan sehat.
Pasangan perlu berkomunikasi ketika ada sesuatu nan membuatnya merasa diremehkan, alih-alih menarik diri.
7. Merasa dikendalikan
Jika setiap percakapan terasa seperti tuntutan alias ekspektasi, tak bersuara mungkin menjadi langkah untuk mendapatkan kembali kendali. Namun, alih-alih menghindari obrolan sama sekali, dia perlu mengungkapkan ketika dia merasa kewalahan, alih-alih menarik diri.
8. Sedang mengalami kecemasan
Masalah kesehatan mental dapat membikin komunikasi terasa melelahkan. Depresi dan kekhawatiran seringkali menyebabkan penarikan diri, apalagi dari orang-orang nan paling berarti.
Meskipun kesabaran itu penting, Bunda dan suami juga bertanggung jawab untuk mencari bantuan, baik melalui support ahli maupun percakapan terbuka tentang apa nan dialami.
9. Terganggu oleh teknologi
Menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar alias kegemaran daripada percakapan nan berarti dapat menciptakan jarak dalam suatu hubungan.
Jika suami tidak banyak berbicara, menetapkan batas seputar waktu berbobot berbareng dapat membantu membangun kembali hubungan.
10. Percaya tak bersuara lebih mudah daripada berbicara
Bagi sebagian orang, tak bersuara terasa seperti pilihan nan paling aman. Namun, mengelak dalam jangka panjang hanya bakal menciptakan jarak emosional.
Menciptakan ruang komunikasi nan sabar dan penuh pengertian dapat membantu meruntuhkan tembok. Namun, perihal ini memerlukan upaya dari kedua pasangan.
Nah, itulah beberapa penyebab pasangan suami istri tidak saling berbincang dan langkah mengatasinya. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!
(asa/som)